Pengikut

Rabu, 04 Januari 2017

KUNJUNGAN MUSIUM RONGGOWARSITO

Modernitas yang Tetap Membumi
oleh : nafis satur rohmah 
1403026046 (pba 5b)
                Kami adalah mahasiswa Universitas Islam Negeri di Semarang. Kami belajar dijurusan Pendidikan Bahasa Arab. Pada semester ganjil ini kami mengikuti mata kuliah Islam dan Budaya Jawa yang diampu oleh Bapak Dosen M. Rikza Chamami.

            Perkuliahan kali ini membahas mengenai Budaya Jawa, yang sangat erat sekali dengan kami, karena kebanyakan dari mahasiswa kampus kami adalah orang Jawa asli. Banyak  permasalahan yang muncul dari budaya jawa yang kami alami, sehingga layak diperbincangkan dalam forum ilmiyah kami. Pertanyaan-pertanyaan yang sering muncul dari teman-teman ihwal kebudayaan yang ada dan korelasinya dengan agama islam, apakah budaya tersebut menyalahi syari’at Islam atau tidak, dan bagaimana folosofi budaya tersebut hingga ia mampu bertahan hingga saat ini.


            Salah satu hal yang paling terkenang dalam memori saya yaitu ketika kami berdiskusi tentang peran wanita Jawa. Di Jawa wanita disebut sebagai wanito; yang artinya wani ditoto. Wani ditoto maknanya adalah wanita adalah sosok manusia yang memiliki keberanian dan kerelaan jiwa untk mengikuti aturan, entah itu aturan dari keluarganya, ayah, ibu dan kakaknya atau bahkan aturan dari suaminya. Menurut filosofi Jawa wanita memiliki peran yang penting bagi kehidupan. Tiga hal spesial yang dimiliki wanita dan tidak dimiliki oleh kaum lelaki yakni macak, masak,manak. Ketiga hal itulah yang menyebabkan wanita memiliki daya tarik tersendiri dan ia menjadi sosok yang dibutuhkan untuk melengkapi kehidupan.

            Macak, berarti berhias. Selayaknya wanita pada hakikatnya mereka memiliki naluri untuk berhias dan selalu tampil cantik. Wanita akan nampak menawan dengan sentuhan hiasan yang ia kenakan, entah itu dari cara berpakaiannya yang sopan , rapi, apik dan sebagainya.
            Masak, berarti wanita mempunyai kemampuan mengolah bahan pangan. Tak hanya itu selain iya mampu mengolah bahan pangan yang disajikan dalam hidangan keluaga, wanita juga harus bisa mengatur dan mengelola keuangan.
            Dan yang terakhir adalah manak. Manak berarti wanita memiliki kemampuan mengandung dan melahirkan seorang putra. Hal ini adalah fitrah terbesar yang Allah berikan pada wanita. Ia adalah agen pembentukan generasi merupakan tarbiyatul ula bagi putra-putri bangsa.
Begitulah pentingnya wanita. Jikalau pada zaman dahulu kala di Jawa menilai wanita hanya sebagai koco wingking, hal tersebut tidak tepat. Dan bersyukurlah wanita Jawa karena Allah telah memberikan kebebasan bagi para waita Jawa melalui perjuangan Ibu Kartini. Dan tentunya kita sebagai umat Islam harus sangat bersyukur pada Allah, karena Allah telah memberikan nikat islam ag mana ajaran yang dibawanya sangat mmemuliakan kaum wanita, bahkan tiga derajat diatas laki-laki. Disampaikan dalam hadist pula bahwa syurga ada ditelapak kaki ibu. Jadi seperti itulah Islam mengagungkan wanita.

Melalui diskusi ini saya pribadi tiba-tiba sangat merindukan ibu, dan ingin memeluknya. Tersirat janji dalam hati untuk menghormati dan menyayanginya sepanjag hayat ini.
            Selain memberikan transfer ilmu perihal budaya perkuliahan ini secara tidak langsung membangun kejiwaan para mahasiswa, untuk berperilaku dan bertata krama sebagai orang Jawa.
Pada penghujung perkuliahan ini pak Rikza mengajak kami untuk melakukan kunjungan ke musium Ronggowarsito,Semarang.  Dalam pelaksanaannya kami dipersilakan untuk mengenakan pakaian khas Jawa. Para mahasiswa memakai sarung dan baju koko dan juga blangkon. Para mahasiswi mengenakan jarit dan kebaya tak lupa dengan hijabya.  Semuanya nampak aggun dan berwibawa.
Setelah masuk kedalam musium kami menyaksikan banyak sekali peninggalan nenek moyang. Seperti batu-batu pada zaman animisme-dinamisme, peralatan makan atau senjata kuno, miniatur sejarah perjuangan melawan penjajah, miniatur masjid dan alat ibadah yang masih sangat klasik dan sederhana, serta miniatur kebiasaan-kebiasaan dan kebudayaan orang jawa.  Terdapat rumah gedhek dengan tungku dan kayu bakar didalamnya, hal tersebut sangat menggambarkan kebiasaan orang Jawa, bahkan tersebut masih bisa kita jumpai hingga saat ini dipedesaan. Dan masih banyak miniatur lainnya.


Perkuliahan ini mengantarkan kita untuk memiliki jiwa yang peka dan berbudaya. Karena budaya adalah milik manusia dan hasil karya manusia maka manusiakanlah manusia dengan berbudaya.  Berpikirlah maju dan semodern mungkin, selaras dan seimbang dengan peradaba dan perkembangan zaman yang ada, namun jangan pernah tinggalkan dan jangan pernah lupa siapa sejati kita!! Mari berfikir rasional dan dinamis. Islam adalah agama ramah yang mampu berpeluk dengan budaya kita. Yang telah dikemas sedemikian rupa oleh para walisongo, dan para tokoh penyebar Islam di pulau Jawa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar