Modernitas
yang Tetap Membumi
oleh : nafis satur rohmah
1403026046 (pba 5b)
Kami adalah mahasiswa Universitas Islam Negeri di Semarang. Kami belajar
dijurusan Pendidikan Bahasa Arab. Pada semester ganjil ini kami mengikuti mata
kuliah Islam dan Budaya Jawa yang diampu oleh Bapak Dosen M. Rikza Chamami.
Perkuliahan
kali ini membahas mengenai Budaya Jawa, yang sangat erat sekali dengan kami,
karena kebanyakan dari mahasiswa kampus kami adalah orang Jawa asli.
Banyak permasalahan yang muncul dari
budaya jawa yang kami alami, sehingga layak diperbincangkan dalam forum ilmiyah
kami. Pertanyaan-pertanyaan yang sering muncul dari teman-teman ihwal
kebudayaan yang ada dan korelasinya dengan agama islam, apakah budaya tersebut
menyalahi syari’at Islam atau tidak, dan bagaimana folosofi budaya tersebut
hingga ia mampu bertahan hingga saat ini.
Salah
satu hal yang paling terkenang dalam memori saya yaitu ketika kami berdiskusi
tentang peran wanita Jawa. Di Jawa wanita disebut sebagai wanito; yang artinya
wani ditoto. Wani ditoto maknanya adalah wanita adalah sosok manusia yang
memiliki keberanian dan kerelaan jiwa untk mengikuti aturan, entah itu aturan
dari keluarganya, ayah, ibu dan kakaknya atau bahkan aturan dari suaminya.
Menurut filosofi Jawa wanita memiliki peran yang penting bagi kehidupan. Tiga
hal spesial yang dimiliki wanita dan tidak dimiliki oleh kaum lelaki yakni
macak, masak,manak. Ketiga hal itulah yang menyebabkan wanita memiliki daya
tarik tersendiri dan ia menjadi sosok yang dibutuhkan untuk melengkapi
kehidupan.
Macak,
berarti berhias. Selayaknya wanita pada hakikatnya mereka memiliki naluri untuk
berhias dan selalu tampil cantik. Wanita akan nampak menawan dengan sentuhan
hiasan yang ia kenakan, entah itu dari cara berpakaiannya yang sopan , rapi,
apik dan sebagainya.
Masak,
berarti wanita mempunyai kemampuan mengolah bahan pangan. Tak hanya itu selain
iya mampu mengolah bahan pangan yang disajikan dalam hidangan keluaga, wanita
juga harus bisa mengatur dan mengelola keuangan.
Dan
yang terakhir adalah manak. Manak berarti wanita memiliki kemampuan mengandung
dan melahirkan seorang putra. Hal ini adalah fitrah terbesar yang Allah berikan
pada wanita. Ia adalah agen pembentukan generasi merupakan tarbiyatul ula bagi
putra-putri bangsa.
Begitulah
pentingnya wanita. Jikalau pada zaman dahulu kala di Jawa menilai wanita hanya
sebagai koco wingking, hal tersebut tidak tepat. Dan bersyukurlah wanita Jawa
karena Allah telah memberikan kebebasan bagi para waita Jawa melalui perjuangan
Ibu Kartini. Dan tentunya kita sebagai umat Islam harus sangat bersyukur pada
Allah, karena Allah telah memberikan nikat islam ag mana ajaran yang dibawanya
sangat mmemuliakan kaum wanita, bahkan tiga derajat diatas laki-laki.
Disampaikan dalam hadist pula bahwa syurga ada ditelapak kaki ibu. Jadi seperti
itulah Islam mengagungkan wanita.
Melalui
diskusi ini saya pribadi tiba-tiba sangat merindukan ibu, dan ingin memeluknya.
Tersirat janji dalam hati untuk menghormati dan menyayanginya sepanjag hayat
ini.
Selain
memberikan transfer ilmu perihal budaya perkuliahan ini secara tidak langsung
membangun kejiwaan para mahasiswa, untuk berperilaku dan bertata krama sebagai
orang Jawa.
Pada
penghujung perkuliahan ini pak Rikza mengajak kami untuk melakukan kunjungan ke
musium Ronggowarsito,Semarang. Dalam
pelaksanaannya kami dipersilakan untuk mengenakan pakaian khas Jawa. Para
mahasiswa memakai sarung dan baju koko dan juga blangkon. Para mahasiswi
mengenakan jarit dan kebaya tak lupa dengan hijabya. Semuanya nampak aggun dan berwibawa.
Setelah
masuk kedalam musium kami menyaksikan banyak sekali peninggalan nenek moyang.
Seperti batu-batu pada zaman animisme-dinamisme, peralatan makan atau senjata
kuno, miniatur sejarah perjuangan melawan penjajah, miniatur masjid dan alat
ibadah yang masih sangat klasik dan sederhana, serta miniatur
kebiasaan-kebiasaan dan kebudayaan orang jawa.
Terdapat rumah gedhek dengan tungku dan kayu bakar didalamnya, hal
tersebut sangat menggambarkan kebiasaan orang Jawa, bahkan tersebut masih bisa
kita jumpai hingga saat ini dipedesaan. Dan masih banyak miniatur lainnya.
Perkuliahan
ini mengantarkan kita untuk memiliki jiwa yang peka dan berbudaya. Karena
budaya adalah milik manusia dan hasil karya manusia maka manusiakanlah manusia
dengan berbudaya. Berpikirlah maju dan
semodern mungkin, selaras dan seimbang dengan peradaba dan perkembangan zaman
yang ada, namun jangan pernah tinggalkan dan jangan pernah lupa siapa sejati
kita!! Mari berfikir rasional dan dinamis. Islam adalah agama ramah yang mampu
berpeluk dengan budaya kita. Yang telah dikemas sedemikian rupa oleh para
walisongo, dan para tokoh penyebar Islam di pulau Jawa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar