MAKALAH ANIMISME DAN DINAMISME
KULIAH ISLAM BUDAYA JAWA
oleh :Nafis Satur Rohmah,dkk
I.
PENDAHULUAN
Meskipun Islam datang ke Kepulauan Nusantara, termasuk relatif lebih lambat
daripada kawasan-kawasan lain, tetapi dengan tanpa goncangan yang berarti agama
tersebut dapat diterima dengan baik oleh penduduknya. Sehingga sebagian besar penduduk wilayah Nusantara, Indonesia pada khususnya beragama
islam. Dengandemikin negara ini dihuni oleh masyarakat yang mayoritas muslim.
Ada dua hal yang perlu dicatat sehubungan dengan
adanya islamisasi di Jawa. Pertama, agama Hindu, Budha dan kepercayaan lama yang
berkembang terlebih dahulu. Agama Hindu dan Budha dipeluk oleh elit kerajaan,
sedangkan kepercayaan asli yang bertumpu pada animisme dipeluk oleh kalangan
awam. Walaupun ketiganya berbeda, namun bertumpu pada titik yang sama. Semuanya
kental dengan nuansa mistik dan mencari sangkan paraning dumadi dan mendambakan manungaling kawulo gusti. Kedua,
meskipun masih diperdebatkan kapan Islam masuk ke Jawa, tetapi islamisasi
besar-besaran baru terjadi pada abad ke-15 dan ke-16 dengan ditandai jatuhnya
kerajaan Majapahit, kerajaan Hindu Jawa pada tahun 1478 dan berdirnya Demak sebagai
kerajaan Islam pertama. Namun sebelum terlalu jauh kita berbicara mengenai
proses islamisasi di Jawa, beberapa sumber menyatakan adanya kepercayaan
animisme dan dinamisme yang dianut oleh masyarakat Jawa pada masa itu.
Dalam kesempatan kali ini kami akan mengulas
sedikit cerita mengenai kebudayaan Jawa pada masa sebelum Islam masuk ke tanah
Jawa.
II.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana kebudayaan pra
islam?
2.
Bagaimana kepercayaan
animisme pada masyarakat Jawa?
3.
Bagaimana kepercayaan
dinamisme pada masyarakat Jawa?
III. PEMBAHASAN
A.
Budaya JawaPra Islam
Masyarakat jawa atau suku bangsa Jawa secara antropologi budaya adalah
orang-orang yang dalam hidup kesehariannya menggunakan bahasa Jawa dengan berbagai
ragam dialeknya secara turun-temurun. Masyarakat Jawa adalah mereka yang yang
bertempat tinggal di Jawa Tengah dan Jawa Timur serta mereka yang berasal dari
daerah tersebut.Masyarakat Jawa
merupakan suatu kesatuan masyarakat yang diikat oleh norma-norma hidup yang
dipengaruhi oleh sejarah, tradisi dan agama. Hal ini dapat dilihat pada ciri-ciri
masyarakat jawa secara kekerabatan. Sistem hidup kekeluargaan di Jawa tergambar dalam
kekerabatan masyarakat Jawa. Semboyan“saiyegsaekapraya” atau gotong-royong
merupakan rangkaian hidup tolong-menolong sesama warga. Kebudayaan yang mereka bangun
adalah hasil adaptasi dari alam sehingga dapat meletakkan pondasi patembayatan
yang kuat dan mendasar. Budaya jawa asli yang telah diakui oleh para
sejarahwan diantaranya:
a. Kemampuandalam bercocok tanam, cara bercocok tanam yang pertama dilakukan, yaitu dengan system berladang. Lama kelamaan system ini berubah menjadi bersawah. Cara bercocok tanam dengan bersawah kemudian menjadi bagian dari hidup mereka. Berkenaan dengan hal itu, mereka berusaha mencari tempat tinggal dan tempat bercocok tanam yang terletak disepanjang aliran sungai. Akhirnya, mereka mampu mengatur tata air melalui iri gasi sederhana. Mereka juga dapat menentukan jenis tanaman apa yang cocok ditanam pada suatu musim. Hal ini tidak mengherankan karena mereka telah mengenal ilmu perbintangan.
b. Pada bidangseni, nenek
moyang kita telah pandai membuat boneka – boneka untuk kesenian wayang. Alat-alat
gamelan pun dibuat untuk memeriahkan seni pertunjukkan tersebut. Selainitu,
mereka telah mampu membuat batik, kerajinan logam, dengan beragam bentuk, dan benda-benda
dari batu yang besar (tradisi megalitikum).
c. Nenek moyang kita telah
mempercayai adanya kekuatan maha tinggi di luar darinya. Mereka percaya bahwa jika
seseorang meninggal, hanya jasmaninya saja yang hancur, tetapi rohnya tetap hidup.
Roh-roh itu bertempat tinggal di suatu daerah keramat. Nenek moyang kita lantas
memujaroh-roh itu sehingga memunculkan kebiasaan membakar kemenyan, berkenduri,
dan membuat sesaji.
Masyarakat jawa memiliki ikatan
solidaritas sosial dan hubungan pertaliandarah. Dalam masyarakatjawa, pendewaan
dan permitosan terhadap ruh nenek moyang melahirkan penyembahan ruh nenek moyang
(ancersfor worship) yang pada akhirnya melahirkan hokum adat dan relasi-relasi
pendukungnya. Dengan upacara-upacara selamatan, ruh nenek moyang menjadi sebentuk
dewa perlindungan bagi keluarga yang masih hidup. Selain itu seni pewayangan dan
gamelan dijadikan sarana upacara ritual keagamaan untuk mendatangkan ruh nenek moyang.
Dalam tradisi ritual ini, fungsi roh nenek moyang dianggap sebagai “pengamong dan
pelindung” keluarga yang masih hidup.
Agama asli yang oleh para
antropolog disebut religion magic ini merupakan nilai budaya yang paling
mengakar di masyarakat Jawa. Keberadaanruhdankekuatangaibdipandangsebagai tuhan
atau dewa yang dapat menolong atau pun sebaliknya dapat mencelakakan. Dalam kehidupan
keagamaan orang jawa, hidup ini penuh dengan upacara, baik yang berkaitan dengan
lingkaran hidup manusia sejak lahir sampai mati, ataupun upacara yang berkaitan
dengan seputar lingkungan hidup manusia. Upacara-upacara tersebut biasa disebut
dengan slametan atau wilujengan.
Slametan ini merupakan unsur
jawa sebelum islam masuk ketanah jawa. Ketika islam datang unsur pra-islam yang
berupaya kepercayaan animism, dinamisme dan pengaruh hindu budha sudah mengakar
kuat dalam masyarakat jawa, sehingga sulit untuk menghilangkannya. Begitu beragamnya
penerimaan masyarakat jawa terhadap islam, maka para sarjana barat, seperti
Clifford Geertz, mengklasifikasikan keagamaan orang jawa menjadi tiga bagian,
yaitu abangan, santri, dan priyayi. Namun dalam kesehariannya golongan abangan dan
santri yang sering kali terhjadi interaksi yang kuat. Golongan islam abangan dan
santri memiiki pandangan yang berbeda mengenai
slametan, khususnya slametan kematian. Namun dalam kenyataanya, kedua golongan
ini dapat duduk bersama, berinteraksi, dan berakuturasi dalam suatu upacara slametan
kematian di desaSugihan, Jatiroto, Wonogori.
B.
Kepercayaan Animisme
Budaya jawa asli memang telah berkembang semenjak masa prasejarah. Sebagai halnya suku-suku
sederhana lainnya, budaya asli Jawa ini bertumpu pada religi animism dan dinamise.
Dasar pikiran dalam religi animism dan dinamisme bahwa dunia ini juga didiami oleh
roh-roh halus termasuk roh nenek moyang dan juga kekuatan gaib.Animisme dan dinamisme
adalah langkah awal manusia zaman purba mengenal Tuhannya. Di Indonesia dua
kepercayaan ini sudah dianut oleh masyarakat jauh sebelum mereka mengenal
budaya dan agama. Pertama kali yang dianut oleh nenek moyang bangsa Indonesia
adalah animisme yang memuja benda-benda dialam sebab yakin jika didalamnya
memiliki roh. Selanjutnya berkembang menjadi kepercayaan dinamisme yang
meyakini bahwa beberapa benda tertentu memiliki kekuatan gaib.
Kepercayaan animisme (dari bahasa Latin anima atau "roh") adalah
kepercayaan kepada makhluk halus dan roh merupakan asas kepercayaan agama yang mula-mula muncul di kalangan manusia primitif.MenurutKamusBesarBahasa
Indonesia, animisme adalah kepercayaan kepada roh yang mendiami semua benda
(pohon, batu suangai, gunung dan lainnya).Kepercayaan animisme mempercayaibahwasetiapbenda di Bumi ini,
mempunyai jiwa yang mesti
dihormati agar semangat tersebut tidak mengganggu manusia, malah membantu
mereka dari semangat dan roh jahat dan juga dalam kehidupan seharian mereka.Secara
istilah, animisme adalah percaya kepada roh-roh halus atau roh leluhur yang
ritualnya terekspresikan dalam persembahan tertentu di tempat-tempat yang
dianggap keramat.
CirimasyarakatJawa
yang lain adalah berketuhanan. Suku bangsa Jawa sejak masa prasejarah telah
memiliki kepercayaan animisme, yang merupakan suatu kepercayaan tentang adanya
roh atau jiwa pada benda-benda, tumbuh-tumbuhan, hewan, dan juga pada manusia
sendiri.Kepercayaan seperti itu adalah agama mereka yang pertama.Semua yang
bergerak dianggap hidup dan mempunyai kekuatan gaib atau memiliki roh yang
berwatak buruk maupun baik.Dengan kepercayaan tersebut, mereka beranggapan
bahwa disamping semua roh yang ada, terdapat roh yang paling berkuasa dan lebih
kuat dari manusia.Dan agar terhindar dari roh tersebut mereka menyembah
denganjalanmengadakanupacaradisertaidengansesaji.
Diperkirakanbahwa
di provinsi Kalimantan Barat masih
terdapat 7,5 juta orang Dayak yang tergolong pemeluk animisme, dan
tergolong banyak untuk pemeluk animisme di Indonesia.Selain daripada jiwa dan
roh yang mendiami di tempat-tempat yang dinyatakan di atas, kepercayaan
animisme juga mempercayai bahwa roh orang yang telah mati bisa masuk ke dalam
tubuh hewan. Roh-roh orang yang
telah mati juga bisa memasuki tubuh babi atau harimau dan dipercayai akan membalas dendam
orang yang menjadi musuh bebuyutan pada masa hidupnya.Kepercayaan ini berbeda
dengan kepercayaan reinkarnasi
seperti yang terdapat pada agama Hindu dan Buddha,
di mana dalam reinkarnasi, jiwa tidak pindah langsung ke tubuh hewan lain yang
hidup, melainkan melalui proses kelahiran kembali kedunia dalam bentuk
kehidupan baru. Pada agama Hindu dan Buddha jugaterdapatkonsep karma yang
berbedadengankepercayaananimismeini.
MasyarakatJawamelakukanupacara-upacara
untuk menghormati para leluhur mereka pelaksanaan upacara dilakukan oleh
masyarakat Jawa adalah agar keluarga mereka terlindung dari roh yang
jahat.Mereka meminta berkah pada roh, dan meminta pada roh jahat agar tidak
mengganggunya.Mereka membuat beberapa monument yang terbuatdaribatu-batubesar
yang kuranghaluspengerjaannyasebagaitempatpemujaanuntukmemujanenekmoyang,
sertamenolakperbuatanhantu yang jahat.Arwah yang pernah hidup pada masa
sebelumnya dianggap banyak jasa dan pengalamannya sehingga perlu dimintai
berkah dan petunjuk.Cara yang ditempuh untuk menghadirkan arwah nenek moyang
dalah dengan mengundang orang yang sakti dan ahli dalam bidang tersebut, yang
disebut perewangan, untuk memimpin acara.Mereka juga membuat patung
nenek moyang agar arwah roh nenek moyang masuk dalam patung tersebut dengan
bantuan dan upaya perewangan tersebut.Sebagai kelengkapan upacara
tersebut mereka menyiapkan sesaji dan membakar kemenyan atau bau-bauan lainnya
yang digemari oleh nenek moyang.Mereka menyempurnakan upacara tersebut dengan
bunyi-bunyian dan tari-tarian agar arwah nenek moyang yang dipanggil menjadi
gembira dan berkenan memberikan berkah kepada keluarganya. Sisa-sisa upacara keagamaan semacam itu masih dapat dijumpai
dalam kehidupan masyarakat jawa sekarang.
Upacarakematian
yang dilaksanakan secara berurutan yaitu slametan surtanah atau geblak
yang diadakan pada saat meninggalnya seseorang.Slametan nelung dina
yaitu upacara selamatan kematian yang diadakan pada hari ketiga sesudah saat
meninggalnya seseorang. Slametan mitung dina, yaitu upacara selamatan
saat sesudah meninggalnya seseorang yang jatuh pada hari ketujuh. Kemudian, slametan
matang puluh dina atau empat puluh harinya. Selamtean nyatus atau
seratus harinya.Slametan mendak sepisan dan mendak pindo yaitu setahun
dan dua tahunnya.Slametan nyewu atau keseribu harinya.Slametan nguwis-uwisi
atau peringatan saat kematian seseorang terakhir kali.
Upacara selamatan dan
pertunjukan tari-tarian tradisional serta pertunjukan wayang adalah sisa-sisa
tindakan keagamaan orang Jawa peninggalan zaman animisme yang terus dianut dan
dilaksanakan sebagai tradisi sampai saat ini.Kedua, tindakan keagamaan lainnya
sebagai sisa peninggalan zaman animisme adalah pemberian sesaji atau sesajen
kanggo sing mbahureksa, mbahe atau danyang yang berdiam di
pohon-pohon beringin atau pohon besar dan telah berumur tua, disendang-sendang,
tempat mata air, di kuburan-kuburan tua dari tokoh yang terkenal pada masa
lampau atau tempat-tempat lainnya yang dianggap keramat dan mengandung kekuatan
gaib atau angker dan wingit atau berbahaya. Agar dapat menarik simpati
roh-roh yang berdiam di tempat angker tersebut, maka pada waktu tertentu
dipasang sesaji berupa sekedar makanan kecil dan bunga. Sesaji yang diselenggarakan
untuk mendukung kepercayaan mereka terhadap adanya kekuatan makhluk-makhluk
halus seperti lelembut, demit, dan jin yang mbahureksa atau diam di
tempat-tempat tersebut agar tidak mengganggu keselamatan, ketentraman, dan
kebahagiaan keluarga yang bersangkutan. Selain itu, juga untuk memohon berkah
dan memohon perlindungan dari yang mbahureksa agar terhindar dan
terjauhkan dari gangguan makhluk halus lainnya yang diutus oleh seseorang untuk
mengganggu keluarganya.
Penanggalan Jawa yang
memuat keanekaragaman waktu dengan sistem penanggalan berdasarkan hari yang
dikodifikasi olehnya. Sistem penanggalan berdasarkan hari yang pada pokoknya
berlandaskan pada paduan tiga pekan, masing-masingnya disebut pancawara atau
pasaran, sadwara dan saptawara. Nama hari-hari pancawara atau
sadwara semuanya berasal dari Jawa, yaitu pahing, pon, wage, kliwon, dan
legi. Nama hari sadwara adalah tungle, ariang, wurukung, paning rong,
uwas, dan mawulu. Di Bali pun masih demikian, dan yang sekaraang berasal dari
bahasa Arab adalah ahad, senen, selasa, rebo, kemis, jemuwah, dan setu.
Sesajian kepada roh-roh dibuat pada hari-hari tertentu yang dianggap baik
walaupun agak rumit. Kerumitan hari-hari di Jawa memang telah berkurang jika
dibandingkan dengan di Bali, dimana hanya diperhitungkan pertemuan antara
hari-hari pancawara dan sadwara. Kombinasi antara Selasa dan
Jum’at dengan pasaran Kliwon dianggap sangat istimewa.
C.
Kepercayaan Dinamisme
Kata dinamisme betrasal dari bahasa Yunani dunamos yang artinya kekuatan
atau daya.Menurut
kamus Besar Bahasa Indonesia, dinamisme adalah kepercayaan bahwa segala sesuatu
mempunyai tenaga atau kekuatan yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau
kegagalan usaha manusia dalam mempertahankan hidup.Dinamisme (dalam kaitan agama
dan kepercayaan) adalah pemujaan terhadap roh (sesuatu yang tidak tampak mata).
Mereka percaya bahwa roh nenek moyang yang telah meninggal menetap di
tempat-tempat tertentu, seperti pohon-pohon besar. Arwah nenek moyang itu sering
dimintai tolong untuk urusan mereka. Caranya adalah dengan memasukkan arwah-arwah
mereka kedalam benda-benda pusaka seperti batu hitam atau batu merah delima. Ada juga yang menyebutkan bahwa dinamisme adalah
kepercayaan yang mempercayai terhadap kekuatan yang abstrak yang berdiam pada suatu
benda. Istilah tersebut disebut dengan mana.
Kepercayaan dinamisme mempercayai bahwa seluruh benda di alam baik benda
hidup maupun benda mati. Masyarakat Jawa
mempercayai bahwa benda-benda itu dapat mempengaruhi manusia, baik atau buruk.
Beberapa benda yang diyakini memiliki kekuatan misalnya benda-benda pusaka,
keris, tombak, gamelan maupun lambang-lambang kejayaan lainnya. Masyarakat Jawa
mempercayai bahwa apa yang telah mereka bangun adalah hasil dari adaptasi dari
pergulatan dengan alam. Kekuatan alam disadari merupakan penentuan dari
kehidupan seluruhnya. Keberhasilan pertanian tergantung dari kekuatan alam,
matahari, hujan, angin, dan hama, tetapi mereka masih mempercayai kekuatan
adikodrati di balik semua kekuatan alam itu. Selanjutnya, sebagai sisa peninggalan
masa lalu adalah melakukan tindakan keagamaan dengan berusaha untuk menambah
kekuatan batin agar dapat mempengaruhi kehidupan diri dan keluarganya dapat
dikalahkan.
Usaha ini ditempuh dengan jalan laku prihatin atau merasakan perih
ing batin dengan cara cegah dahar lawan guling (mencegah makan dan
mengurangi tidur), mutih (hanya makan makanan yang serba putih seperti
nasi, minum air atau air tawar), ngasrep (hanya makan makanan dan minum
minuman yang rasanya tawar atau tanpa gula dan garam), dan berpuasa pada
hari-hari wetonan atau hari kelahiran. Usaha yang berat adalah melakukan
pati geni yaitu tidak makan, tidak minum dan tidak melihat sinar
matahari apapun selama empat puluh hari empat puluh malah. Usaha untuk menambah
kekuatan batin itu sendiri dilakukan pula dengan cara menggunakan benda-benda
bertuah atau berkekuatan gaib yang disebut jimat, yaitu berupa keris,
tombak, songsong jene, batu akik, akar bahar dan kuku macan. Tindakan keagamaan
tersebut adalah sisa-sisa kepercayaan dari zaman dinamisme.Jadi,
kepercayaan dinamisme adalah keyakinan bahwa benda-benda tertentu memiliki
kekuatan gaib, karena itu harus dihormati dan terkadang harus dilakukan ritual
tertentu.
IV. PENUTUP
A. Kesimpulan
Masyarakat Jawa adalah orang-orang yang dalam hidup
kesehariannya menggunakan bahasa Jawa dengan ragam dialeknya secara turun
temurun. Suku bangsa Jawa adalah mereka yang bertempat tinggal di daerah Jawa
Tengah dan Jawa Timur, serta mereka yang berasal dari kedua daerah tersebut. Pada
umumnya masyarakat Jawa masih melestarikan budaya, adat istiadat warisan nenek moyangnya,
seperti: Slametan, memberikan sesajen kepada roh leluhur danl ainnya.
Sebelum kedatangan agama Hindu dan Budha masyarakat Jawa telah menjadi
masyarakat yang tersusun secara teratur, sederhana, dan bersahaja. Sebagai
masyarakat yang sederhana, sistem religi yang dianut adalah animisme dan
dinamisme dimana ia menjadi inti kebudayaan masyarakat Jawa yang mewarnai
seluruh aktivitas kehidupannya.Kepercayaan animisme, yaitu suatu kepercayaan tentang
adanya roh atau jiwa pada benda-benda, tumbuh-tumbuhan, hewan, dan juga pada
manusia sendiri.Kepercayaan dinamisme adalah keyakinan bahwa benda-benda
tertentu memiliki kekuatan gaib, karena itu harus dihormati dan terkadang harus
dilakukan ritual tertentu.
B. Kritik dan Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami buat. Pemakalahmenyadari dalam
pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Maka dari
itu, kami mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat mendukung demi kesempurnaan makalah ini dan
berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amiiiiin.
http://kbbi.web.id/animisme
,diaksespadatanggal 20 September 2016 pukul 08:45.
DaroriAmin, dkk, Islam dan KebudayaanJawa,……..hlm. 6-9.
DaroriAmin, dkk, Islam dan KebudayaanJawa,……, hlm9-10.
http://ilmiaindonesiaku.blogspot.co.id/2016/01/makalah-kebudayaan-jawa-pra-islam.html.