Pengikut

Rabu, 04 Januari 2017

MENYELAMI KISAH NABI MUHAMMAD DENGAN TEKS JAWA


 Resensi Kitab Jawa Pegon



Judul Buku      : Tarikh Nabi Muhammad s.a.w
Jenis Buku       : Non fiksi
Pengarang       : Kyai Toha Mahsun
Penerbit           :Salim Nabhan
Kota Terbit      : Surabaya
Tahun Terbit    : 1404 H/1984M
Tebal Buku      : 96 halaman
Judul Resensi :  Menyelami Sejarah Nabi Muhammad dengan Teks Jawa

Isi Buku
Kitab Tarikh Nabi Muhammad s.a.w. karya Kyai Toha Mahsun merupakan kitab yang berisi tentang sejarah kehidupan Nabi Muhammad s.a.w. yang disampaikan dengan menggunakan bahasa jawa pegon. Penulis meyusun kitab ini dengan menggunkan  bahasa jawa, bertujuan untuk mempercepat pemahaman bagi kaum awam yaitu orang jawa pada khususnya yang kebanyakan tidak memahami bahasa arab, meskipun mereka mampu membaca tulisan arab.
Kitab ini sangat menarik. Tentu saja, bagaimana tidak? Karena kitab ini membicarakan tokoh utama yang paling terkenal dimuka bumi. Kehadirannya merupakan Rahmatan lil ‘alamiin. Bahkan nama Muhammad masyhurun fil ardli wa masyhurun fissama’.Beliau adalah seorang tokoh pembawa kebenaran bagi ummat, pembawa agama Allah dan merupakan pencerah akhlaq bagi bangsa Arab yang pernah mengalami kehancuran moral. Maka wajib bagi kita sebagai ummatnya untuk mengenal lebih jauh mengenai manusia yang paling dicintai Allah ini. Dan kita perlu mengetahui perjuangan beliau dalam menyebarkan ajaran yang benar sebagai wujud syukur atas nikmat islam yang kita nikmati hingga saat ini dan hingga akhir hayat,insya’allah.
Dalam kitab ini dijelaskan berbagai hal, mulai dari nasab Nabi hingga kisah nabi semenjak kecil hingga wafatnya Nabi.
Diceritakan bahwa Nabi Muhammad adalah seorang yatim piatu. Beliau dibesarkan oleh kakek dan pamannya. Pamannya “Abu Thalib” sangat menyayanginya. Pada usia Nabi kesembilan beliau dan pamannya bertemu dengan pendeta Buhairo yang melihat tanda-tanda kenabiannya. Beliau tumbuh sebagai pemuda yang sangat baik, jujur dan dapat dipercaya hingga mendapat julukan al-Amin.
Pada usia ke 25 beliau menikah dengan Khadijah, seorang saudagar kaya dan terhormat. Pada usia beliau yang ke-40 beliau menerima wahyu pertama kali di Gua Hira, dan beliau merasa sangat takut, namun Khadijah selalu menguatkan dan memberikan kata-kata yang membuat hati Rosulallah damai.
Tahun demi tahun berlalu, Nabi mendapatkan wahyu secara berangsur-angsur dan mendakwahkannya kepada para sahabat kan keluarganya. Dahwah yang beliau gunakan yaitu dakwah secaraa sembunyi-sembunyi dan secara terang-terangan. Semenjak dakwah secar terang-terangan dilakukan, mulailah muncul perlawanan–perlawanan dari kaum kafir Quraisy. Nabi dan kaum Muslim disakiti dan dipersulit oleh kaum kafirin. Sehinggga Nabi dan muslimin melakukan hijrah dari kota Mekah ke kota lain seperti Habasyah, Thoif dan ke Madinah.
Dalam kitab ini juga dijelaskan mengenai proses para sahabat masuk islam, dan beberapa kekalahan dan kemenangan dalam peperangan melawan Quraisy. Bahkan dijelaskan juga perkembangan penyebaran islam pada masa Nabi semenjak tahun pertama hijrah.
Nabi wafat pada tahun kesebelas hijrah, pada usia ke 63 dikediamam Aisyah istri terakhir Nabi. Kenang-kenangan terindah yang mampu membawa kita ke jannahNya dari  nabi Muhammad adalah al-Qur’an dan Hadist.
Kelebihan dan Kekurangan
            Kitab ini memiliki banyak keunggulan diantaranya yaitu :
1.      Berbahasa jawa penuh, hal ini memberi kemudahan dalam memahami isi kitab bagi orang Jawa.
2.      Isinya lengkap, dimulai dari Nabi lahir hingga Nabi wafat dan kejadian-kejadian selama hidup beliau.
3.      Terdapat daftar nasab Nabi, nama-nama paman dan bibi nabi serta istri-istri nabi.
4.      Memuat ringkasan sejarah nabi ketika beliau di Makkah.
5.      Ayat-ayat al-Qur’an yang disampaikan tertulis dalam bahasa arab dan disertai arti berbahasa Jawa.
6.      Dan yang paling istimewa adalah pengarang mencantumkan kumpulan 100 hadist pendek beserta artinya dalam bahasa jawa dibagian akhir kitab.

Dan beberapa kelemahan kitab ini yakni:
1.      Terdapat beberapa kalimat dalam bahasa jawa yang digunakan oleh penulis yang kurang dalam struktur sintaksisnya.
2.      Penulis juga masih menggunakan kata yang bercorak dialeg daerah tertentu yang kurang bisa difahami oleh pengguna dialeg yang berbeda.


Saran dan Kesimpulan
            Kitab Tarikh Nabi Muhammad s.a.w memiliki banyak manfaat bagi kaum muslimin. Diantaranya dapat memperbaiki dan meningkatan kualitas individu, membantu memahami Islam dengan baik, membantu kita memahami nilai-nilai al-Qur’an dengan mengkaitkannya dengan sejarah. Dan dengan mengetahui sejarah kita bisa mengetahui asbabunnuzul suatu ayat, memunculkan sikap kritis untuk pembaca terhadap pemberitaan seputar Rosulullah serta membumukan kesholihan sosial. Maka kitab ini saya rasa sangat penting bagi umat muslimterlebih lagi terdapat hadist-hadist didalamnya yang sangat memotivasi dan mengarahkan kita berjalan dijalan yang lebih baik.


 OLEH:
NAMA                        : NAFIS SATUR ROHMAH
NIM                            : 1403026046
MATA KULIAH       : ISLAM DAN BUDAYA JAWA
DOSEN                      : M. RIKZA CHAMAMI

review materi islam dan budaya jawa

Tugas Resum Mata Kuliah Islam Budaya Jawa
Nama               : Nafis Satur Rohmah
NIM                :1403026046
KELAS           :PBA 5B

  • ·     Kebudayan masyarakat jawa pra islam terbagi menjadi dua yaitu masa animisme dan masa dinamisme. Masa animisme yaitu masa dimana masyarakat berkeyakinan bahwa ketiap gerakan yang terjadi dipengaruhi oleh kekuatan roh-roh halus,masa ini terbagi menjasi dua yaitu fetitisme dan spiritisme, fetitisme yaitu memujaan kepada benda-benda yang dianggap memiliki roh dan masa spiritisme yaitu pemujaan kepada roh-roh leluhur dan hal ghaib lainnya yang ada di alam semesta. Masa dinamisme yaitu masa dimana masyarakat masih primitif dan mempercayai akan adanya kekuatan besar yang dimiliki setiap benda.
  • Pada jaman pra-Hindu, kontak sosial (perdagangan) masyarakat Indonesia dengan India, Arab, Cina, dan Persia terus berkembang. Secara keagamaan banyak masyarakat yang memeluk adama hindu-bundha hingga tercipta berbagai candi yang dihunakan untuk makam dan tempat peribadatan. Secara budaya , pada masa ini budaya di jawa mulai berakulturasi degan budaya india beriringan dengan masuknya kedua agama tadi.
  •  Teori-Teori Masuknya Islam di Jawa : terdapat 3 teori yaitu teori Gujarat, teori Makkah dan teori Persia. Teori-teori Penyebaran Islam di Jawa:Ada dua,1. “islamisasi kultur jawa”. Islamisasi kultur Jawa adalah proses pemasukan corak-corak Islam dalam budaya Jawa baik secara formal maupun substansial.2. Jawanisasi Islam adalah pemasukan nilai-nilai budaya Jawa ke dalam ajaran-ajaran Islam.
  •   peranan walisongo adalah sebagai berikut:1. Dibidang agama, sebagai penyebar agama Islam baik dengan mendirikan pondok pesantren, berdakwah, ataupun dengan media seni.2. Dibidang seni dan budaya, wali-wali tersebut berperan sebgai pengembang kebudayaan dan kesenian setempat yang disesuaikan dengan agama/budaya Islam.3.  Dibidang politik, para wali tersebut berperan sebagai pendukung kerajaan-kerajaan Islam maupun sebagai penasehat raja-raja.
  • Islam dijawa dan pengaruhnya, islam mulai menunjukan eksistnsinya pada abad ke 13 yaitu dengan kemunculan kerajaan islam yang pertama di Demak dikarenakan ada peluang yang didasari oleh melemahnya kerajaan Majapahit. Isalm sangat mempengaruhi masyarakat masa itu, karena islam masuk kejawa dengan damai dan berpengaruh dalam pendidikan masyarakat jawa mengenai keagamaan melali pesantren-pesantren yang didirikan para wali dan para alim ulama pada waktu itu hingga sekarang indonesia menjadi negara yang berpenduduk mayoritas muslim.
  •    Interrelasi nilai jawa dan islam dalam aspek kepercayaan dan ritual, banyak ritual keagamaan dalam islam seperti solat puasa dan sebagainya dalampelasanaannya bebeapa masih terpengaruh nlai jawa yang masih berorientasii pada budaya dan keyakinan yang tumbuh pada masa pra-islam.
  •  Interelasi atau keterkaitan antara Islam dengan karya-karya sastra Jawa adalah keterkaitan yang sifatnya imperative moral. Artinya, keterkaitan itu menunjukkan warna keseluruhan/corak yang mendominasi karya-karya sastra seperti isi macapat yang memasukkan nilai akhlaq .
  • Interrelasi Islam dan Jawa dalam arsitektur masjid , tempat-tempat peribadatan umat muslim dijawa terpengaruh oleh bangunan zaman hindu dengan adanya tanda-tanda yang manak seperti corak bahan bangunan , bentuk menara dsb.
  • Pengaruh Islam di Jawa pada bidang politik menjuruskan pada kegiatan umat untuk usaha mendukung dan melaksanakan syari’at Allah SWT. Melalui system kenegaraan dan pemerintahan. Budaya politik jawa mempunyai sikap-sikap, adapun sikap-sikap itu antara lain:1.      Konsep “Halus”.2.      Menjunjung tinggi ketenangan sikap.3.      Konsep kebersamaan.
  • Interrelasi islam di Jawa pada aspek pendidikan; pedidikan islam di jawa berkembang pesat dengan pendiian pesantren, beberapa aspek mengenai pesantren yang dianggap memiliki kesamaan dengan lembaga belajr masa hinu-budha, seperti lokasinya jauh dari keramaian, adanya hubungan kuat antara guru dan murid dan perjalanan rohani.
  •  Interrelasi islam di jawa pada aspek ekonomi, masyarakat jawa akrab dengan budaya slametanatau makan bersama disana sebenarnya brtujuan untuk shdaqoh atau sekeda berbg kebahagiaan dengan sesama uamt manusia, sesuai ajaran islamm yang mana mempebanyak sdekah akan menjaga kita dari bala’.
  • Wanita dalam budaya jawa dianggap sebagai hamba atau kawulo bagi suaminya, yang harus mengerti kebutuhan-kebutuhan suami dan wanita dinilai rendah bahkan dituliskan dalam kitab jawa terdahulu bahwa wanita tidakmungkin berhati mulia.
  •     Dinamika islam dan jawa di era modern;dalam memaknai Islam Jawa, bisa digambarkan bahwa Islam adalah ‘’wadah”, sedangkan Jawa adalah “isi”.Hal tersebut sejalan dengan pendapat  Frans Magnis Suseno yang mengatakan bahwa ciri khas nilai budaya Jawa adalah keterbukaan. Maksudnya, bahwa masyarakat Jawa mampu menerima budaya baru dengan lentur dan terbuka, namun juga tetap mempertahankan keasliannya.


kepercayaan animisme dan dinamisme

MAKALAH ANIMISME DAN DINAMISME 
KULIAH ISLAM BUDAYA JAWA 
oleh :Nafis Satur Rohmah,dkk


I.             PENDAHULUAN
Meskipun Islam datang ke Kepulauan Nusantara, termasuk relatif lebih lambat daripada kawasan-kawasan lain, tetapi dengan tanpa goncangan yang berarti agama tersebut dapat diterima dengan baik oleh penduduknya. Sehingga sebagian besar penduduk wilayah Nusantara, Indonesia pada khususnya beragama islam. Dengandemikin negara ini dihuni oleh masyarakat yang mayoritas muslim.
Ada dua hal yang perlu dicatat sehubungan dengan adanya islamisasi di Jawa. Pertama, agama Hindu, Budha dan kepercayaan lama yang berkembang terlebih dahulu. Agama Hindu dan Budha dipeluk oleh elit kerajaan, sedangkan kepercayaan asli yang bertumpu pada animisme dipeluk oleh kalangan awam. Walaupun ketiganya berbeda, namun bertumpu pada titik yang sama. Semuanya kental dengan nuansa mistik dan mencari sangkan paraning dumadi  dan mendambakan manungaling kawulo gusti. Kedua, meskipun masih diperdebatkan kapan Islam masuk ke Jawa, tetapi islamisasi besar-besaran baru terjadi pada abad ke-15 dan ke-16 dengan ditandai jatuhnya kerajaan Majapahit, kerajaan Hindu Jawa pada tahun 1478 dan berdirnya Demak sebagai kerajaan Islam pertama. Namun sebelum terlalu jauh kita berbicara mengenai proses islamisasi di Jawa, beberapa sumber menyatakan adanya kepercayaan animisme dan dinamisme yang dianut oleh masyarakat Jawa pada masa itu.
Dalam kesempatan kali ini kami akan mengulas sedikit cerita mengenai kebudayaan Jawa pada masa sebelum Islam masuk ke tanah Jawa.
II.          Rumusan Masalah
1.      Bagaimana kebudayaan pra islam?
2.      Bagaimana kepercayaan animisme pada masyarakat Jawa?
3.      Bagaimana kepercayaan dinamisme pada masyarakat Jawa?






III.       PEMBAHASAN
A.          Budaya JawaPra Islam
         Masyarakat jawa atau suku bangsa Jawa secara antropologi budaya adalah orang-orang yang dalam hidup kesehariannya menggunakan bahasa Jawa dengan berbagai ragam dialeknya secara turun-temurun. Masyarakat Jawa adalah mereka yang yang bertempat tinggal di Jawa Tengah dan Jawa Timur serta mereka yang berasal dari daerah tersebut.Masyarakat Jawa merupakan suatu kesatuan masyarakat yang diikat oleh norma-norma hidup yang dipengaruhi oleh sejarah, tradisi dan agama. Hal ini dapat dilihat pada ciri-ciri masyarakat jawa secara kekerabatan. Sistem hidup kekeluargaan di Jawa tergambar dalam kekerabatan masyarakat Jawa. Semboyan“saiyegsaekapraya” atau gotong-royong merupakan rangkaian hidup tolong-menolong sesama warga. Kebudayaan yang mereka bangun adalah hasil adaptasi dari alam sehingga dapat meletakkan pondasi patembayatan yang kuat dan mendasar.[1] Budaya jawa asli yang telah diakui oleh para sejarahwan diantaranya:
a.       Kemampuandalam bercocok tanam, cara bercocok tanam yang pertama dilakukan, yaitu dengan system berladang. Lama kelamaan system ini berubah menjadi bersawah. Cara bercocok tanam dengan bersawah kemudian menjadi bagian dari hidup mereka. Berkenaan dengan hal itu, mereka berusaha mencari tempat tinggal dan tempat bercocok tanam yang terletak disepanjang aliran sungai. Akhirnya, mereka mampu mengatur tata air melalui iri gasi sederhana. Mereka juga dapat menentukan jenis tanaman apa yang cocok ditanam pada suatu musim. Hal ini tidak mengherankan karena mereka telah mengenal ilmu perbintangan.
b.      Pada bidangseni, nenek moyang kita telah pandai membuat boneka – boneka untuk kesenian wayang. Alat-alat gamelan pun dibuat untuk memeriahkan seni pertunjukkan tersebut. Selainitu, mereka telah mampu membuat batik, kerajinan logam, dengan beragam bentuk, dan benda-benda dari batu yang besar (tradisi megalitikum).
c.       Nenek moyang kita telah mempercayai adanya kekuatan maha tinggi di luar darinya. Mereka percaya bahwa jika seseorang meninggal, hanya jasmaninya saja yang hancur, tetapi rohnya tetap hidup. Roh-roh itu bertempat tinggal di suatu daerah keramat. Nenek moyang kita lantas memujaroh-roh itu sehingga memunculkan kebiasaan membakar kemenyan, berkenduri, dan membuat sesaji.[2]
Masyarakat jawa memiliki ikatan solidaritas sosial dan hubungan pertaliandarah. Dalam masyarakatjawa, pendewaan dan permitosan terhadap ruh nenek moyang melahirkan penyembahan ruh nenek moyang (ancersfor worship) yang pada akhirnya melahirkan hokum adat dan relasi-relasi pendukungnya. Dengan upacara-upacara selamatan, ruh nenek moyang menjadi sebentuk dewa perlindungan bagi keluarga yang masih hidup. Selain itu seni pewayangan dan gamelan dijadikan sarana upacara ritual keagamaan untuk mendatangkan ruh nenek moyang. Dalam tradisi ritual ini, fungsi roh nenek moyang dianggap sebagai “pengamong dan pelindung” keluarga yang masih hidup.
Agama asli yang oleh para antropolog disebut religion magic ini merupakan nilai budaya yang paling mengakar di masyarakat Jawa. Keberadaanruhdankekuatangaibdipandangsebagai tuhan atau dewa yang dapat menolong atau pun sebaliknya dapat mencelakakan. Dalam kehidupan keagamaan orang jawa, hidup ini penuh dengan upacara, baik yang berkaitan dengan lingkaran hidup manusia sejak lahir sampai mati, ataupun upacara yang berkaitan dengan seputar lingkungan hidup manusia. Upacara-upacara tersebut biasa disebut dengan slametan atau wilujengan.
Slametan ini merupakan unsur jawa sebelum islam masuk ketanah jawa. Ketika islam datang unsur pra-islam yang berupaya kepercayaan animism, dinamisme dan pengaruh hindu budha sudah mengakar kuat dalam masyarakat jawa, sehingga sulit untuk menghilangkannya. Begitu beragamnya penerimaan masyarakat jawa terhadap islam, maka para sarjana barat, seperti Clifford Geertz, mengklasifikasikan keagamaan orang jawa menjadi tiga bagian, yaitu abangan, santri, dan priyayi. Namun dalam kesehariannya golongan abangan dan santri yang sering kali terhjadi interaksi yang kuat. Golongan islam abangan dan santri memiiki pandangan yang berbeda mengenai  slametan, khususnya slametan kematian. Namun dalam kenyataanya, kedua golongan ini dapat duduk bersama, berinteraksi, dan berakuturasi dalam suatu upacara slametan kematian di desaSugihan, Jatiroto, Wonogori.[3]
B.           Kepercayaan Animisme
Budaya jawa asli memang telah berkembang semenjak masa prasejarah. Sebagai halnya suku-suku sederhana lainnya, budaya asli Jawa ini bertumpu pada religi animism dan dinamise. Dasar pikiran dalam religi animism dan dinamisme bahwa dunia ini juga didiami oleh roh-roh halus termasuk roh nenek moyang dan juga kekuatan gaib.[4]Animisme dan dinamisme adalah langkah awal manusia zaman purba mengenal Tuhannya. Di Indonesia dua kepercayaan ini sudah dianut oleh masyarakat jauh sebelum mereka mengenal budaya dan agama. Pertama kali yang dianut oleh nenek moyang bangsa Indonesia adalah animisme yang memuja benda-benda dialam sebab yakin jika didalamnya memiliki roh. Selanjutnya berkembang menjadi kepercayaan dinamisme yang meyakini bahwa beberapa benda tertentu memiliki kekuatan gaib.[5]
Kepercayaan animisme (dari bahasa Latin  anima atau "roh") adalah kepercayaan kepada makhluk halus dan roh merupakan asas kepercayaan agama yang mula-mula muncul di kalangan manusia primitif.[6]MenurutKamusBesarBahasa Indonesia, animisme adalah kepercayaan kepada roh yang mendiami semua benda (pohon, batu suangai, gunung dan lainnya).[7]Kepercayaan animisme mempercayaibahwasetiapbenda di Bumi ini, mempunyai jiwa yang mesti dihormati agar semangat tersebut tidak mengganggu manusia, malah membantu mereka dari semangat dan roh jahat dan juga dalam kehidupan seharian mereka.Secara istilah, animisme adalah percaya kepada roh-roh halus atau roh leluhur yang ritualnya terekspresikan dalam persembahan tertentu di tempat-tempat yang dianggap keramat.[8]
CirimasyarakatJawa yang lain adalah berketuhanan. Suku bangsa Jawa sejak masa prasejarah telah memiliki kepercayaan animisme, yang merupakan suatu kepercayaan tentang adanya roh atau jiwa pada benda-benda, tumbuh-tumbuhan, hewan, dan juga pada manusia sendiri.Kepercayaan seperti itu adalah agama mereka yang pertama.Semua yang bergerak dianggap hidup dan mempunyai kekuatan gaib atau memiliki roh yang berwatak buruk maupun baik.Dengan kepercayaan tersebut, mereka beranggapan bahwa disamping semua roh yang ada, terdapat roh yang paling berkuasa dan lebih kuat dari manusia.Dan agar terhindar dari roh tersebut mereka menyembah denganjalanmengadakanupacaradisertaidengansesaji.[9]
Diperkirakanbahwa di provinsi Kalimantan Barat masih terdapat 7,5 juta orang Dayak yang tergolong pemeluk animisme, dan tergolong banyak untuk pemeluk animisme di Indonesia.Selain daripada jiwa dan roh yang mendiami di tempat-tempat yang dinyatakan di atas, kepercayaan animisme juga mempercayai bahwa roh orang yang telah mati bisa masuk ke dalam tubuh hewan. Roh-roh orang yang telah mati juga bisa memasuki tubuh babi atau harimau dan dipercayai akan membalas dendam orang yang menjadi musuh bebuyutan pada masa hidupnya.Kepercayaan ini berbeda dengan kepercayaan reinkarnasi seperti yang terdapat pada agama Hindu dan Buddha, di mana dalam reinkarnasi, jiwa tidak pindah langsung ke tubuh hewan lain yang hidup, melainkan melalui proses kelahiran kembali kedunia dalam bentuk kehidupan baru. Pada agama Hindu dan Buddha jugaterdapatkonsep karma yang berbedadengankepercayaananimismeini.[10]
MasyarakatJawamelakukanupacara-upacara untuk menghormati para leluhur mereka pelaksanaan upacara dilakukan oleh masyarakat Jawa adalah agar keluarga mereka terlindung dari roh yang jahat.Mereka meminta berkah pada roh, dan meminta pada roh jahat agar tidak mengganggunya.Mereka membuat beberapa monument yang terbuatdaribatu-batubesar yang kuranghaluspengerjaannyasebagaitempatpemujaanuntukmemujanenekmoyang, sertamenolakperbuatanhantu yang jahat.Arwah yang pernah hidup pada masa sebelumnya dianggap banyak jasa dan pengalamannya sehingga perlu dimintai berkah dan petunjuk.Cara yang ditempuh untuk menghadirkan arwah nenek moyang dalah dengan mengundang orang yang sakti dan ahli dalam bidang tersebut, yang disebut perewangan, untuk memimpin acara.Mereka juga membuat patung nenek moyang agar arwah roh nenek moyang masuk dalam patung tersebut dengan bantuan dan upaya perewangan tersebut.Sebagai kelengkapan upacara tersebut mereka menyiapkan sesaji dan membakar kemenyan atau bau-bauan lainnya yang digemari oleh nenek moyang.Mereka menyempurnakan upacara tersebut dengan bunyi-bunyian dan tari-tarian agar arwah nenek moyang yang dipanggil menjadi gembira dan berkenan memberikan berkah kepada keluarganya. Sisa-sisa upacara keagamaan semacam itu masih dapat dijumpai dalam kehidupan masyarakat jawa sekarang.
Upacarakematian yang dilaksanakan secara berurutan yaitu slametan surtanah atau geblak yang diadakan pada saat meninggalnya seseorang.Slametan nelung dina yaitu upacara selamatan kematian yang diadakan pada hari ketiga sesudah saat meninggalnya seseorang. Slametan mitung dina, yaitu upacara selamatan saat sesudah meninggalnya seseorang yang jatuh pada hari ketujuh. Kemudian, slametan matang puluh dina atau empat puluh harinya. Selamtean nyatus atau seratus harinya.Slametan mendak sepisan dan mendak pindo yaitu setahun dan dua tahunnya.Slametan nyewu atau keseribu harinya.Slametan nguwis-uwisi atau peringatan saat kematian seseorang terakhir kali.
Upacara selamatan dan pertunjukan tari-tarian tradisional serta pertunjukan wayang adalah sisa-sisa tindakan keagamaan orang Jawa peninggalan zaman animisme yang terus dianut dan dilaksanakan sebagai tradisi sampai saat ini.Kedua, tindakan keagamaan lainnya sebagai sisa peninggalan zaman animisme adalah pemberian sesaji atau sesajen kanggo sing mbahureksa, mbahe atau danyang yang berdiam di pohon-pohon beringin atau pohon besar dan telah berumur tua, disendang-sendang, tempat mata air, di kuburan-kuburan tua dari tokoh yang terkenal pada masa lampau atau tempat-tempat lainnya yang dianggap keramat dan mengandung kekuatan gaib atau angker dan wingit atau berbahaya. Agar dapat menarik simpati roh-roh yang berdiam di tempat angker tersebut, maka pada waktu tertentu dipasang sesaji berupa sekedar makanan kecil dan bunga. Sesaji yang diselenggarakan untuk mendukung kepercayaan mereka terhadap adanya kekuatan makhluk-makhluk halus seperti lelembut, demit, dan jin yang mbahureksa atau diam di tempat-tempat tersebut agar tidak mengganggu keselamatan, ketentraman, dan kebahagiaan keluarga yang bersangkutan. Selain itu, juga untuk memohon berkah dan memohon perlindungan dari yang mbahureksa agar terhindar dan terjauhkan dari gangguan makhluk halus lainnya yang diutus oleh seseorang untuk mengganggu keluarganya.
Penanggalan Jawa yang memuat keanekaragaman waktu dengan sistem penanggalan berdasarkan hari yang dikodifikasi olehnya. Sistem penanggalan berdasarkan hari yang pada pokoknya berlandaskan pada paduan tiga pekan, masing-masingnya disebut pancawara atau pasaran, sadwara dan saptawara. Nama hari-hari pancawara atau sadwara semuanya berasal dari Jawa, yaitu pahing, pon, wage, kliwon, dan legi. Nama hari sadwara adalah tungle, ariang, wurukung, paning rong, uwas, dan mawulu. Di Bali pun masih demikian, dan yang sekaraang berasal dari bahasa Arab adalah ahad, senen, selasa, rebo, kemis, jemuwah, dan setu. Sesajian kepada roh-roh dibuat pada hari-hari tertentu yang dianggap baik walaupun agak rumit. Kerumitan hari-hari di Jawa memang telah berkurang jika dibandingkan dengan di Bali, dimana hanya diperhitungkan pertemuan antara hari-hari pancawara dan sadwara. Kombinasi antara Selasa dan Jum’at dengan pasaran Kliwon dianggap sangat istimewa.[11]

C.          Kepercayaan Dinamisme
         Kata dinamisme betrasal dari bahasa Yunani dunamos yang artinya kekuatan atau daya.[12]Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia, dinamisme adalah kepercayaan bahwa segala sesuatu mempunyai tenaga atau kekuatan yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan usaha manusia dalam mempertahankan hidup.[13]Dinamisme (dalam kaitan agama dan kepercayaan) adalah pemujaan terhadap roh (sesuatu yang tidak tampak mata). Mereka percaya bahwa roh nenek moyang yang telah meninggal menetap di tempat-tempat tertentu, seperti pohon-pohon besar. Arwah nenek moyang itu sering dimintai tolong untuk urusan mereka. Caranya adalah dengan memasukkan arwah-arwah mereka kedalam benda-benda pusaka seperti batu hitam atau batu merah delima.[14] Ada juga yang menyebutkan bahwa dinamisme adalah kepercayaan yang mempercayai terhadap kekuatan yang abstrak yang berdiam pada suatu benda. Istilah tersebut disebut dengan mana.
         Kepercayaan dinamisme mempercayai bahwa seluruh benda di alam baik benda hidup maupun benda mati.  Masyarakat Jawa mempercayai bahwa benda-benda itu dapat mempengaruhi manusia, baik atau buruk. Beberapa benda yang diyakini memiliki kekuatan misalnya benda-benda pusaka, keris, tombak, gamelan maupun lambang-lambang kejayaan lainnya. Masyarakat Jawa mempercayai bahwa apa yang telah mereka bangun adalah hasil dari adaptasi dari pergulatan dengan alam. Kekuatan alam disadari merupakan penentuan dari kehidupan seluruhnya. Keberhasilan pertanian tergantung dari kekuatan alam, matahari, hujan, angin, dan hama, tetapi mereka masih mempercayai kekuatan adikodrati di balik semua kekuatan alam itu. Selanjutnya, sebagai sisa peninggalan masa lalu adalah melakukan tindakan keagamaan dengan berusaha untuk menambah kekuatan batin agar dapat mempengaruhi kehidupan diri dan keluarganya dapat dikalahkan.
         Usaha ini ditempuh dengan jalan laku prihatin  atau merasakan perih ing batin dengan cara cegah dahar lawan guling (mencegah makan dan mengurangi tidur), mutih (hanya makan makanan yang serba putih seperti nasi, minum air atau air tawar), ngasrep (hanya makan makanan dan minum minuman yang rasanya tawar atau tanpa gula dan garam), dan berpuasa pada hari-hari wetonan atau hari kelahiran. Usaha yang berat adalah melakukan pati geni yaitu tidak makan, tidak minum dan tidak melihat sinar matahari apapun selama empat puluh hari empat puluh malah. Usaha untuk menambah kekuatan batin itu sendiri dilakukan pula dengan cara menggunakan benda-benda bertuah atau berkekuatan gaib yang disebut jimat, yaitu berupa keris, tombak, songsong jene, batu akik, akar bahar dan kuku macan. Tindakan keagamaan tersebut adalah sisa-sisa kepercayaan dari zaman dinamisme.[15]Jadi, kepercayaan dinamisme adalah keyakinan bahwa benda-benda tertentu memiliki kekuatan gaib, karena itu harus dihormati dan terkadang harus dilakukan ritual tertentu.[16]










IV.   PENUTUP
A.    Kesimpulan
Masyarakat Jawa adalah orang-orang yang dalam hidup kesehariannya menggunakan bahasa Jawa dengan ragam dialeknya secara turun temurun. Suku bangsa Jawa adalah mereka yang bertempat tinggal di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur, serta mereka yang berasal dari kedua daerah tersebut. Pada umumnya masyarakat Jawa masih melestarikan budaya, adat istiadat warisan nenek moyangnya, seperti: Slametan, memberikan sesajen kepada roh leluhur danl ainnya.
Sebelum kedatangan agama Hindu dan Budha masyarakat Jawa telah menjadi masyarakat yang tersusun secara teratur, sederhana, dan bersahaja. Sebagai masyarakat yang sederhana, sistem religi yang dianut adalah animisme dan dinamisme dimana ia menjadi inti kebudayaan masyarakat Jawa yang mewarnai seluruh aktivitas kehidupannya.Kepercayaan animisme, yaitu suatu kepercayaan tentang adanya roh atau jiwa pada benda-benda, tumbuh-tumbuhan, hewan, dan juga pada manusia sendiri.Kepercayaan dinamisme adalah keyakinan bahwa benda-benda tertentu memiliki kekuatan gaib, karena itu harus dihormati dan terkadang harus dilakukan ritual tertentu.
B.     Kritik dan Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami buat. Pemakalahmenyadari dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Maka dari itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat mendukung demi kesempurnaan makalah ini dan berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amiiiiin.



[1]Shodiq, Potret Islam Jawa, (Semarang; Pustaka Zaman,2002), hlm 4-5.
[3]Shodiq, Potret Islam Jawa,……,hlm 6-7.
[4]Islam Jawa, (TUGU PUBLISHER;2006), hlm 38.
[6]https://id.wikipedia.org/wiki/Animismediaksespadatanggal20 September 2016 pukul 08:50.
[7]http://kbbi.web.id/animisme ,diaksespadatanggal 20 September 2016 pukul 08:45.
[8]http://ilmiaindonesiaku.blogspot.co.id/2016/01/makalah-kebudayaan-jawa-pra-islam.html, diaksespadatanggal 20 September 2016 pukul 10:00.
[9]DaroriAmin, dkk, Islam dan KebudayaanJawa, (Yogyakarta; Gama Media, 2000) hlm. 5-6.
[10]Shodiq, Potret Islam Jawa,…….,hlm 8.
[11]DaroriAmin, dkk, Islam dan KebudayaanJawa,……..hlm. 6-9.
[15]DaroriAmin, dkk, Islam dan KebudayaanJawa,……, hlm9-10.

[16]http://ilmiaindonesiaku.blogspot.co.id/2016/01/makalah-kebudayaan-jawa-pra-islam.html.