SINTAKSIS
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Ilmu Lughoh
Dosen Pengampu : M. Aqil Luthfan, M.A., M.Hum

Disusun Oleh
Nafis Satur Rohmah (1403026046)
Yuliani Puspitasari (14030260)
Nadia Toifah (1403026057)
Putra Bimantara
(1403026075)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pada dasarnya setiap ilmu, termasuk ilmu lingustik, telah mengalami
tiga tahap perkembangan ilmu. Tahap pertama, yaitu spekulasi (pembicaraan
mengenai sesuatu dan cara mengambil kesimpulan dilakukan dengan sikap spekulatif).
Tahap kedua yaitu tahap observasi dan klasifikasi. Pada tahap ini para ahli
dibidang mengumpulkan dan menggolongkan segala fakta bahasa dengan teliti tampa
memberi kesimpulan). Dan tahap ketiga yaitu perumusan teori yaitu tahap dimana setiap disiplin ilmu berusaha memahami
masalah-masalah dasar yang menghasilkann hipotesis yang kemudian diujikan dan
menghasilkan sebuah teori.
Ilmu linguistik (ilmu bahasa) memiliki dua tataran, yaitu tataran
fonologi dan tatran gramatikal atau tatabahasa. Dalam tatabahasa terdapat dua
subpembahasan yaitu morfologi dan sintaksis. Morfologi adalah bagian tatabahasa
yang membicarakan hubungan internal sebuah kata atau membicarakan perihal
hubungan antarmorfemdalam sebuah kata. Sintaksis adalah tatabahasa yang membahas
hubungan antar-kata dalam tuturan.[1]Dan
sintaksis membicarakan hubungan antarkata dalam tuturan.[2]
Subsistem sintaksis membicarakan penataan dan pengaturan kata-kata ke dalam
satuan-satuan yang lebih besar yakni kata, frase, klausa, kalimat dan wacana.[3]
Mengingat bahwa obyek linguistik yaitu bahsa, merupakan fenomena
yang tidak dapat dilepas dari segala kegiatan bermasyarakat yang sangat luas,
maka pembidangan linguistik itupun menjadi sangat banyak. Salah satunya yaitu
pembagian menurut obyek kajiannya yang meliputi stuktur internal bahasa dan
struktur eksternal bahasa. Jika pada pembahasan sebelumnya telah membahas struktur
internal linguistik yaitu morfologi, maka pada makalah ini kami membahs
mengenai struktur eksternal linguistik yaitu sintaksis.[4]
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian sintaksis?
2.
Apa saja alat-alat sintaksis?
3.
Apa saja satuan sintaksis?
4.
Apa saja fungsi sintaksis?
5.
Apa saja peran sintaksis?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Sintaksis
Secara bahasa kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani yaitu sun
dan tattein yang artinya mengatur bersama-sama.[5]
Dan pengertian sintaksis secara istilah menurut para ahli yaitu; menurut
Fromkin sintaksis adalah bagian dari tata bahasa yang menggambarkan pengetahuan
tentang kalimat dan struktur bahasa penutur. Dan menurut Matthews sintaksis
juga disebut sebagai studi hubungan tata bahasa antara kata dengan partikel
yang lain dalam kalimat.[6]
Pada intinya sintaksis adalah bagian dari tatabahasa yang mempelajari hubungan
antar kata dan dasar-dasar serta proses-proses pembentukan kalimat dalam suatu
bahasa.
Telah disajikan sebelumnya bahwa morfologi bersama-sama sintaksis
merupakan bagian-bagian dari subsistem gramatika atau tata bahasa. Jika dalam
morfologi yang dikaji adalah struktur intern kata, maka dalam sintaksis kata menjadi
satuan yang terkecil yang membentuk
satuan-satuan gramatikal yang lebih besar. Dalam prakteknya, sintaksis
membatasi kajiannya sampai dengan kalimat. Maksudnya, sintaksis menganggap atau
memperlakukan kalimat sebagai satuan terbesar. Meskipun demikian, perlu
disadari dalam penuturan, kalimat bukanlah satuan yang besar. Kalimat menjadi
menjadi bagian dari satuan yang lebih besar, yaitu wacana.
B.
Alat-Alat Sintaksis
Alat sintaksis yaitu seperangkat aturan yang mengatur deretan
kata-kata yang membentuk kalimat. Alat sintaksis merupakan bagian dari
kemampuan mental penutur untuk dapat menentukan urutan kata, bentuk kata, dan
unsur lain yang terdapat dalam suatu ujaran agar membentuk kalimat dan agar
kalimat yang didengar atau dibacanya dapat diterima.
Ada beberapa alat sintaksis yang mengatur unsur-unsur bahasa
sehingga terbentuk satuan bahasa yang disebut kalimat.
a.
Urutan
Dalam bahasa pada umumnya peranan urutan sangat penting, karena
ikut menentukan makna gramatikal. Hal ini dalam bahasa arab disebut tarkib.
Tarkib inilah yang mencantumkan urutan-urutan kata sehingga membentuk kalimat
yang memiliki makna.
b.
Bentuk kata
Bentuk kata sebagai alat sintaksis biasanya diperlihatkan oleh
afiks. Afiks-afiks itu memperlihatkan makna gramatikal yang sangat beragam
tergantung pada bahasanya. Dalam bahasa Arab bentuk kata dan tambahan-tambahan
berupa huruf hamzah, ta, sin, nun dan sebagainya sangat mempengaruhi kata hal
ini dipelajari dalam ilmu sharaf. Makna gramatikal itu antara lain jumlah
(ismiyah dan fi’liyah), orang (mufrod, mutsana, jama’), jenis/gender (mu’annas
dan mudzakar baik dari bentuk, ari dan darisegi penyelarasan)[7], kala
(madli, hal, mustaqbal) ,aspek, modus, pasif (mabni majhul), diatesis, dan sebagainya.
c.
Intonasi
Dalam tulisan, intonasi secara kurang sempurna dinyatakan oleh
pemakaian huruf dan tanda-tanda baca. Dalam bahasa Indonesia misalnya, batas
antara pokok dan sebutan ditunjukkan oleh intonasi. Disamping itu intonasi
dipakai juga untuk menjelaskan amanat yang ingin disampaikan. Hal ini biasanya
meniadakan kesalah pahaman oleh karena adanya sifat ganda. Dengan intonasi,
orang sering pula dapat membedakan jenis kalimat yang mana deklaratif,
interogatif,imperatif, atau eksklamatif. Dan dalam bahasa Arab intonasi lebih
menekankan kepada nada baca dan kefashhan, serta panjang-pendek kata dalam
pelafalan sangat penting, hal ini berpengaruh pada penyerapan makna kalimat
yang disampaikan bagi mustami’.
d.
Partikel atau Kata Tugas
Partikel atau kata tugas sebagai salah satu alat sintaksis
mempunyai ciri-ciri yang membedakan dengan kategori kata yang lain. Ciri-ciri
itu antara lain jumlahnya terbatas, keanggotaanya boleh dikatakan tertutup,
kebanyakan tidak mengalami proses morfologis, biasanya memiliki makna
gramatikal dan bukan leksikal, dan terdapat dalam semua wacana. Jika ada
konstruksi :
Dia ... Bandung
Maka isian konstruksi itu yang paling dapat diterima adalah dari,
ke, dan di.[8]
C.
Satuan Sintaksis
Secara hierarkial dibedakan menjadi
lima macam satuan sintaksis yaitu kata, frase, klausa, kalimat dan wacana.
Maksudnya kata merupakan satuan terkecil yang membentuk frase lalu frase
membentuk klausa, kalusa membentuk kalimat. Jadi kalau kata merupakan satuan
terkecil maka wacana merupakan satauan terbesar. Hal ini berbeda dengan paham
tata bahasa tradisional yang mengatakan bahwa kalimat adalah satuan terbesar
dalam kajian sintaksis. [9]
a.
Kata sebagai satuan sintaksis
Masih banyak
ahli yang belum sepakat mengenai batasan kata sebagi satuan gramatikal. Namun,
menurut Lyons (1971) dan Dik (1976) dalam buku
yang berjudu Sintaksis, secara
gramatikal, kata bebas bergerak, dapat berpindah-pindah letaknya, tetapi
identitasnya tetap. kata memiliki keutuhan internal yang kuat sehingga tidak
bisa disisipi kata atau bentuk apa pun lainnya. Oleh karena itu , awalan,
akhiran, dan konfiks hanya dapat melekat pada bagian awal, bagian akhir,serta
bagian awal dan akhir kata. jadi dapat dipahami mengapa sisipan (infiks) di
dalam bahasa Indonesia, misalnya,menjadi tidak produktif, tidak lain karena
sisipan “merusak” keutuhan internal kata.[10]
Dalam hal ini terdapat dua jenis
kata yaitu kata penuh (fullword) dan kata tugas (functionword).
Kata penuh adalah kata yang secara leksikal memiliki makna, mempunyai
kemungkinan untuk mengalami proses morfologi, merupakan kelas terbuka, dan
dapat berdiri sendiri sebagai sebuah satuan tuturan. Dan kata tugas adalah kata
yang secara leksikal tidak mempunyai makna, tidak mengalami proses morfologi,
merupakan kelas tertutup, dan didalam pertuturan dia tidak dapat berdiri
sendiri.
Yang merupakan kata penuh adalah
kata-kata yang termasuk nomina, verba, adjektiva, adverbia, dan numeralia.
Sedangkan yang termasuk kata tugas adalah kata-kata yang berkategori preposisi
dan konjungsi. Sebagai kata penuh, kata-kata yang berkategori nomina, verba,
dan adjektiva memiliki makna leksikal masing-masing dan dapat mengalami proses
morfologis. Dalam bahasa Inggris preposisi seperti for dan in tidak mengalami
proses morfologi. Dalam bahasa Arab kategori yang disebut harfun seperti inna,
law, dan min juga tidak mengalami proses morfologi. Sedangkan, kata tugas
mempunyai kebebasan yang terbatas, dia selalu terikat dengan kata yang
dibelakang (preposisi), atau yang berada di depannya (untuk posposisi), dan
dengan kata-kata yang dirangkaikannya (untuk konjungsi). Contoh: adik membaca
koran di kamar.
Keterkaitan preposisi di dengan
kata kamar dalam frase di kamar itusangat erat dan tidak mungkin
dilepaskan.
A.
Frase sebagai satuan sintaksis
Frase adalah suatu konstruksi yang
terdiri dari dua kata atau lebih yang membentuk suatu kesatuan. Kesatuan itu
dapat menimbulkan suatu makna baru yang sebelumnya tidak ada.[11]Unsur-unsur
yang membentuk frase adalah morfem bebas dan bukan morfem terikat. Misalnya,
baju hujan dan tata niaga. Frasa dapat dibedakan seperti berikut :
Berdasarkan tipe strukturnya
1.
Frasa endosentris adalah frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan
salah satu atau semua unsurnya. Misalnya frasa الطالب الماهر ‘siswa pintar’ pada klausa الطالب الماهر ناجح ‘siswa pintar itu lulus’,
mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya , yaitu الطالب
2.
Frasa eksosentris adalah frasa yang tidak mempunyai persamaan distribusi
dengan salah satu unsurnya. Frasa في المكتب ‘di kantor’ pada
konstruksi الأستاذ يقرأ في
المكتب ‘Bapak guru membaca di kantor’
danأمام المدرسة ‘di depan sekolah’ pada
konstruksiالاولاد يلعبون أمام
المدرسة ‘anak-anak bermain di
depan sekolah’ tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsur-unsurnya.
Berdasarkan unsure pembentuknya
1. Frasa na’ty adalah frasa yang dibentuk oleh
nomina sebagai unsur pusat diikuti ajektif sebagai na’at atau atribut, misalnya
frase ألوان زيتية .
Frasa ألوان زيتية berunsurkan nomina ألوانsebagai UP dan ajektiva زيتية sebagai na’at (Atr)
Konstruksi frasa na’ty mempersyaratkan kesesuaian
(muthabaqah).
2. Frase athfy (koordinatif) adalah frasa yang
berunsurkan nomina diikuti nomina atau verba diikuti verba, atau ajektiva
diikuti ajektiva,
misalnya: عثمان يحب اللغة والحساب
Unsur-unsur pada frasa athfy dapat dihubungkan atau memang dihubungkan
dengan huruf athaf (kata penghubung atau koordinat).
3.
Frasa badaly (apositif) adalah Yaitu frase
yang bagian-bagiannya tidak dihubungkan dengan kata hubung. Tiap-tiap bagian
menunjuk pada referen yang sama.[12]frasa yang juga terdiri atas N diikuti N. Ada beberapa hal yang membedakan
frasa badaly dari frasa na’ty dan athfy. Karenanya keduanya dapat saling
menggantikan. Kedua N tidak dapat dirangkai dengan huruf athaf.
Misalnya: تستقبل اللجنة وزير الدينية سعيد عاقل منوّر
B.
Klausa Sebagai Satuan Sintaksis
Klausa adalah suatu konstruksi yang
didalamnya terdapat beberapa kata yang mengandung hubungan fungsional, yang
dalam tatabahasa lama dikenal dengan pengertian subyek, predikat, obyek dan keterangan-keterangan.
Sebuah klausa sekurang-kurangnya harus mengandung satu obyeks, satu predikat
dan secra fakultatif satu obyek dalam hal-hal tertentu klausa terdiri dari satu
predikat dan boleh dengan keterangan ( bentuk impersonal).[13]Klausa berpotensi menjadi kalimat.
Berdasarkan distribusi satuannya , klausa dapat dibedakan menjadi klausa
bebas dan klausa terikat. Berdasarkan fungsinya, klausa dibedakan
menjadi klausa subyek, klausa obyek, klausa keterangan dan klausa
pemerlengkapan.
Pada
umumnya klausa , baik tunggal maupun jamak, berpotensi menjadi kalimat.
Kalimat inti terdiri atas klausa
tunggal, sedangkan kalimat majemuk terdiri atas lebih satu klausa. Oleh karena itu, kalimat majemuk terdiri atas
klausa-klausa yang saling berhubungan. Secara garis besar, hubungan antarklausa
dapat diperinci menjadi hubungan antarklausa koordinatif dan hubungan
antarklausa subordinatif. [14]
Subyek adalah bagian klausa yang
berwujud nomina atau frase nominal, yang menandai apa yang dinyatakan
pembicara. Yang dimaksud dengan predikat adalah bagian klausa yang menandai apa
yang dikatakan oleh pembicara tentang subyek. Predikat dapat berwujud nomina,
verba, adjektiva, numeralia, pronomina, atau frase preposisional.
Misalnya: المسجد كبير
Kataالمسجد itu adalah subyek klausa. Tentang masjid itu
menyebabkan كبير, bagian disebut predikat. Oleh karena itu, klausa adalah satuan
sintaksis yang menjadi konstituen (unsur pembentuk) kalimat. Klausa dapat
menjadi kalimat apabila diberikan intonasi final, yaitu titik. Klausa dapat
juga menjadi bagian dari sebuah kalimat. Klausa dapat diperluas dengan
menambahkan keterangan waktu, tempat, atau cara. Keterangan itu bukan merupakan
unsur inti klausa.
C.
Kalimat Sebagai Satuan Sintaksis
Jika morfologi mempelajari tentang kata,
maka sintaksis mempelajari kalimat, dan apabila kosa kata tidak tersusun dalam
kalimat yang terstruktur maka ia tidak mampu menyampaikan ide yang dimaksud,
sebagai mana yang dapat diketahui bahwa pemikiran manusia akan dapat
tersampaikan bila menggunakan tata bahasa, yaitu struktur kalimat yang sempurna
dan bahasa setempat yang digunakan.
Ilmu mantik dan nahwu keduanya dapat
digunakan untuk memahami kalimat, namun keduanya memiliki komposisi yang
berbeda, menurut ahli mantiq menganggap bahwa dalam suatu kalimat terdapat dua
unsur, unsur pertama disebut maudhu’, sebagai mana dalam jumlah ismiyah disebut
sebagai mubtada’ pada jumlah fi’liyah dia adalah fail. Dan unsur kedua adalah
mahmul, dimana dalam jumlah ismiyah adalah khobar, dan dalam jumlah fi’liyah
berupa fi’il. Adapun proporsi antara maudhu dan mahmul menunjukkan pada
perubahan i’rob dan pola susunan kalimat.
Menurut ahli nahwu diwakili oleh
ibnu hisyam, lafad yang dapat dipahami itu adalah kalam dan kalimat, dan jumlah
itu lebih umum daripada kalam, tetapi setiap kalam itu berupa jumlah, dan tidak
berlaku untuk sebaliknya, dua hal ini bukanlah sinosim. Jika dikatakan annahwu
mufiidun, maka ia telah disandarkan pada faidah nahwu, dan isnad ini menjadikan
dua kata menjadi sebuah kalimat,dan keduanya berupa maudlu dan mahmul, dan
keduanya itu berupa kalam karena masing-masing dapat dipahami.
Jika ada sebuah kalimat seperti
contoh in yufid annahwu maka lafadz yufid itu disandarkan pada lafad annahwu
dari contoh tersebut kita bisa menyimpulkan bahwa isnad itu menjadikan dua kata
menjadi kalimat , akan tetapi dalam contoh tersebut belum bisa memberi
kefahaman.
Dari beberapa contoh tadi, dapat
disimpulkan bahwa kalimat itu bisa terdiri dari isimdan isim seperti pada
contoh pertama (annahwu mufiidun). Ataupun terdiri dari kalimat fiil seperti
contoh kedua. Dan terkadang terdiri dari dua kalimat,kata yang pertama menjadi
mubtada dan kata selanjutnya menjadi khobar dari mubtada (bentuk dari khobar
jumlah) seperti atta’limu ghoyatuhu attafhim.
Jika dianalisis lebih lanjut bentuk
dari kalimat dalam bahasa inggris dapat ditemukan bahwa kalimat kata kerja itu
menjadi pokok dalam sebuah susunan kalimat. Seperti contoh : he went to london.
Dan the boy is lazy. Dari contoh tersebut andai kata kita melihat semua contoh
itu diawali oleh kalimat isim. Dapat diartikan bahwa dalam bahasa inggris lebih
dipentingkan bentuk jumlah ismiyah. Bila mana dalam bahasa inggris itu dibalik
maka yang awal nya kalimat tersebut berkedudukan sebagai khobar bisa menjadi
kalimat interogatif/ istifham. Contoh : are you going? Kalimat tersebutt dalam
bahasa Inggris dikatakan sebagai simple sentence.
Diantara perbedaan bahasa arab dan
bahasa inggris adalah :
1.
Bahasa inggris mengacu pada perbedaan amil dan ma’mul.
2.
Bahasa arab mengacu pada i’rob nya( perubahan harokat akhir)
contoh: inna maal usri yusro.[15]
Kalimat adalah satan bahasa yang
secara relatif dapat berdiri sendiri, mempunyai intonasi final, dan secara
aktual maupun potensial terdiri dari dua klausa. Dalam ragam tulis, kalimat
sebagian besar ditandai oleh huruf kapital di awalnya dan oleh tanda akhir
seperti tititk, tanda tanya, atau tanda seru.
Kalimat digolongkan atas kalimat
inti dan bukan inti, kalimat tunggal dan kalimat majemuk, kalimat verbal dan
kalimat nonverbal, dan kalimat bebas dan terikat.
Kalimat inti, biasa disebut kalimat
dasar adalahinti, biasa disebut kalimat dasar adalah kalimat yang dibentuk
kalimat yang dibentuk dari klausa inti, yang lengkap, deklaratif, aktif,
netral, dan afirmatif. Dalam bahasa Indonesia, kita dapati kalimat inti dengan
pola:
-
FN + FV :
Adik datang
-
FN + FV + FN + FN : Adik
membelikan Tuti buku
Kalimat tunggal
adalah kalimat yang terdiri dari satu klausa, misalnya: Adikku sangat tekun. Sedangkan
kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri dari lebih dari satu kalimat,
misalnya: Mereka bernyanyi dan menari sepanjang hari.
Kalimat mayor adalah kalimat yang
klusanya lengkap, misalnya: Adik mengantar kue. Sedangkan kalimat minor adalah
kalimat yang unsur klausanya tidak lengkap, misalnya: Sedang mandi.
Kalimat verbal
adalah kalimat yang predikatnya kata kerja atau verba, misalnya: Ari menendang
bola. kalimat nonverbal adalah kalimat yang predikatnya selain kata kerja,
misalnya: Adikku mahasiswa UIN.
Kalimat bebas adalah kalimat yang
mempunyai potensi untuk menjadi ujaran lengkap, tanpa bantuan kalimat lain
dalam paragraf atau wacana. Sedangkan kalimat terikat adalah kalimat yang dalam
paragraf atau wacana terikat oleh kalimat yang lain atau konteks.
Jenis kategori yang dapat menjadi unsur sebuah
kalimat adalah nomina(kata benda), pronominal(kata ganti) verba( kata kerja),
adjektiva(kata sifat),numeralia (kata bilangan) adverbial dan kata tugas,
seperti preposisi (kata depan) konjungsi(kata penhubung) dan partikel, seperti
kah,lah,tah,pun.
Berdasarkan
fungsinya , unsur-unsur kalimat ada yang disebut subyek, predikat
(transitif dan intransitive), objek, pelengkap (pelengkap obyek, pelengkap
subyek), serta keterangan (keterangan tempat, keterangan sebab, keterangan
akibat,keterangan cara,keterangan modalitas)
Peran semantic
yang lazim terdapat dalam suatu kalimat adalah pengalam
atau penanggap (experiencer), pelaku (agent),pokok, cirri, sasaran, hasil,
peruntung, atau pemaslahat (beneficiary), ukuran (measure),alat (instrument),
tempat (place), sumber (source), jangkauan (range), penyerta,waktu dan asal
(Kridalaksana 1991;Alwi dkk. 1998).[16]
D.
Fungsi Sintaksis
Sebagaimana yang sudah disebutkan,
sintaksis adalah cabang linguistik yang menyangkut susunan kata-kata di
dalamkalimat. Sintaksis berurusan dengan struktur antar kata dalam kalimat.
Pengetahuan sintaksis memungkinkan kita untuk menentukan hubangan tatabahasa
dalam kalimat, seperti subyek dan obyek langsung.[17]
Dalam hubungan satu kata dengan kata lain di dalam sebuah kalimat, akan muncul
istilah-istilah bagi setiap kata yang mempunyai hubungan fungsi sintaksis,
seperti subyek, predikat, obyek, keterangan, pelengkap, dan lain sebagainya.
Untuk memudahkan perbedaan terminologis yang ada mengenai fungsi sintaksis,
berikut akan diuraikan dalam empat pembagian, berikut ini adalah penjabarannya:
Tipe 1: Subjek + Predikat
Predikat: a. objek, b. predikat verbal, c. keterangan (tempat, waktu, dst.)
Tipe 2: Subjek + Predikat + Keterangan
Keterangan: a. objek, b. keterangan (tempat, waktu, dst.)
Tipe 3: Subjek + Predikat + Kelengkap
Pelengkap: a. objek, b. keterangan (tempat, waktu, dst.)
Tipe 4: Subjek + Predikat + Objek + Keterangan
Keterangan: a. objek, b. predikat verbal, c. keterangan (tempat, waktu, dst.)[18]
Pembagian di atas adalah pembagian secara
umum mengenai fungsi sintaksis, adapun dalam bahasa arab terdapat beberapa
macam perubahan fungsi sintaksis, sesuai dengan berubahnya struktur sintaksis
tersebut.
Struktur Bahasa Arab
Secara umum, struktur penyusunan kalimat dalam bahasa arab ada dua
macam yaitu SPO (noun phrase: merupakan frasa yang mengandung noun (kb) dan
modifier)[19]
dan PSO (verb phrase). Tetapi struktur dalam penyusunan kalimat bahasa arab
terdapat penyimpangan (kelebihan) dalam strukturnya dan perubahan struktur
lingual pada bahasa tertentu pasti mempunyai maksud atau tujuan yang di
kehendaki, pembalikan pola dalam kalimat mempunyai makna yang berbeda dengan
pola yang dasar. Begitu juga dalam bahasa Arab adanya penyimpangan dimana setiap perubahan struktur sintaksis
memiliki tujuan yang berbeda-beda.
a. Inversi
Dalam
struktur kalimat adalah
mempunyai tujuan untuk penfokusan. Struktur kalimat 1 seharusnya berpola seperti yang ada dalam
kalimat 2 atau 3.
Misal:
1.
Yajni
al-qutna al-fallahu
P O S
arti: memetik kapas petani
makna: kapas di petik petani
2.
Al-fallahu
Yajni al-qutna
S P O
Makna: Petani memetik kapas
3. Yajni Al-fallahu al-qutna
P S O
Makna: Petani memetik kapas
Contoh diatas terlihat
dari maknanya, jelas
bahwa kalimat a lebih
mempunyai daya derajat kepentingan kalimat yang lebih penting di banding
kalimat yang di sebutkan di bawahnya. Kata al-qutna sebagi hasil dari inversi (pembalikan), derajat kepentingannya lebih terfokus. Kalimat
tersebut menekankan bahwa yang di petik petani adalah benar-benar kapas,
berbeda dengan dua kalimat b dan c tidak ada penfokusan dalam kalimat tersebut,
hanya bermakna biasa. Pada contoh a yang di
kehendaki adalah pemfokusan
(O) objek dengan metode memindahkan objek.
b. Peletakan khabar sebelum mubtada’
Mubtada’ adalah nomina yang
terletak di awal kalimat dan selalu mempunyai penanda kasus normatif (Rafa’),
sedangkan khobar adalah kata, frase atau kalimat yang menyempurnakan makna
mubtada’
Contoh :
1. Mamnu’ at-tadkhin
Khabar mubtada’
Arti: Dilarang merokok
Struktur di atas adalah
kalimat di atas jarang di gunakan dalam penulisan ragam formal, hanya di
gunakan pada ragam non formal untuk tujuan tertentu, yaitu untuk tujuan
penfokusan Akibat penyimpangan sruktur dalam kalimat di atas maka terjadi makna
baru yaitu penfokusan informasi pada khobar.
2. At-tadkhinu Mamnu’
Mubtada’ Khobar
Arti: Dilarang merokok
Penulisan dengan ragam formal
ini cenderung mempunyai makna formal, tidak punya daya makna khusus dan derajad
kepentingannya tidak tampak. untuk itu dengan peletakan khobar sebelum mubtada’
maka mitra tutur akan tahu fokus yang di kehendaki seorang penutur.
c. Kalimat pasif
Kalimat
Pasif adalah kalimat yang objeknya
menduduki posisi subjek. Fungsinya untuk penfokusan, Fokus pada kalimat di
bawah ini terletak pada kata al-aduwa karena memang makna fokus yang di
kehendaki adalah al-aduwa yang di pukul’ bukan jaisuna.
Misal:
1. Huzima al-aduwa
P S O
Arti: Musuh Telah Diserang
Namun
bila menggunakan pola berikut maka derajat kepentingan tidak tampak.
Misal:
2. Hazama jaisuna al-aduwa
P S O
Arti: Tentara kami telah menyerang musuh
d. Penambahan partikel
Inna
Inna berfungsi untuk
menfokuskan subjek dan kata .inna bisa di artikan sesungguhnya,-lah, dan
hanya.untuk lebih jelasnya coba kita perhatikan dua contoh di bawah ini:
1. Inna zaidan kataba ar-risalata
S P O
Sesunguhnya zaid menulis surat
Sesungguhnya istirahat itu
(dilakukan) setelah lelah
Inna sebagai bentuk penambahan
penfokusan terletak sebelum subjek dan keterangan.sehingga makna kedua unsur
kalimat tersebut lebih mempunyai fokus derajat kepentingan.
Contoh-contoh
diatas adalah beberapa kasus yang menunjukkan bahwa dalam bahasa arab susunan
gramatikal kalimat dapat berubah-ubah sesuai tujuan kalimat tersebut, berbeda
dengan bahasa Indonesia yang tidak dapat berubah strukturnya.[20]
Secara umum fungsi sintaksis yaitu :
1.
Membantu mengidentifikasi peran dan kedudukan kata dalam
kalimat.
2.
Membantu memahamkan pendengar.
3.
Membantu dalam menafsirkan ide yang akan disampaikan.[21]
E.
Peran sintaksis
Dalam pembentukan suatu konstruksi,
misalnya kalimat, tiap unsur memiliki andil dalam membentuk makna secara
keseluruhan. Dengan kata lain, konstituen itu memiliki peran gramatikal masing-masing.
Beberapan jenis peran, di antaranya pelaku (agentif), tujuan (obyektif),
penerima (benefaktif), penyebab (kausatif), alat (instrumental), waktu
(temporal), tempat (lokatif), tindakan (aktif), sandangan (pasif), dan
pemilihan (posesif).
Contoh peran:
Adik (pelaku) mencari
(tindakan) ibu (tujuan)[22]
Peran-peran yang dimiliki oleh
pengisi fungsi P dalam bahasa Indonesia, selain peran tingkatan, juga ada
peran: [23]
-
Proses, seperti P dalam klausa “padi menguning di sawah”
-
Kejadian, seperti P dalam klausa “bukit itu longsor”
-
Keadaan, seperti P pada klausa “jalan raya itu rusak berat”
-
Pemilikan, seperti P pada klausa “bang Ali punya uang 100
juta”
-
Identitas, seperti P pada klausa “ibuku guru disana”
-
Kuantitas, seperti P pada klausa “hartanya melimpah”
Peran-peran yang ada pada S dan O, antara lain:
-
Pelaku, yakni yang bertindak seperti terdapat pada klausa “Ali
memegang senapan”
-
Sasaran, yakni yang dikenai tindakan, seperti terdapat pada klausa
“hamzahmencintai Aslim”
-
Hasil, seperti terdapat pada klausa “Ibu menanak nasi”
-
Penanggap,yakni yang mengalami atau menginginkan,seperti terdapat
pada klausa “yatim piatu ini kehilangan orang tua sejak kecil”
-
Pengguna, yakni yang mendapat keuntungan dari P, seperti terdapat
pada klausa “kakak membukakan ayah pintu”
-
Penyerta, yakni yang mengikuti pelaku, seperti terdapat pada klausa
“Dia pergi dengan teman-temannya”
-
Sumber, seperti terdapat pada klausa “tante Ita memberi kita
bunga”
-
Jangkauan, seperti terdapat pada klausa “Jabotabek meliputi Jakarta,
Bogor, Tangerang, dan Bekasi”
-
Ukuran, seperti terdapat pada klausa “tiang bendera itu tingginya 10
M”
Peran-peran yang ada pada fungsi keterangan, antara lain:
-
Alat, seperti terdapat pada klausa “Ibu memotong kue dengan
pisau”
-
Tempat, seperti terdapat pada klausa “kapal itu bertolak ke
Medan”
-
Waktu, seperti terdapat pada klausa “minggu lalu dia datang”
-
Asal, seperti terdapat pada klausa “cincin ini terbuat dari
perak”
-
Kemungkinan atau keharusan, seperti terdapat pada klausa “barangkali
hari ini akan hujan”[24]
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Sintaksis adalah telaah mengenai
prinsip-prinsip dan proses-proses yang dipergunakan untuk membangun
kalimat-kalimat dalam bahasa-bahasa tertentu. Sintaksis merupakan komponen tata
bahasa transformasi, yang menurunkan ikhtisar atau abstraksi yang mendasari
penanda-penanda frase turunan akhir dengan bantuan kaidah-kaidah
transformasi.Subsistem sintaksis membicarakan penataan dan pengaturan kata-kata
ke dalam satuan-satuan yang lebih besar yakni kata, frase, klausa, kalimat dan
wacana.Alat-alat Sintaksis meliputi urutan kata, bentuk kata, intonasi dan
konektor. Satuan sintaksis yaitu kata , frase, klausa, kalimat dan wacana,
namun beberapa ahli membatasi hingga kalimat saja.
Yang di maksud dengan fungsi
sintaksis adalah semacam “kotak-kotak” atau “tempat-tempat” dalam struktur
sintaksis yang kedalmnya akan diisikan kategori-kategori tertentu. Kotak-kotak
itu bernama subjek (S), predikat (P), objek (O), komplemen (kom), dan
keterangan (Ket).
B.
Saran
Makalah yang kami buat, segala
kesalahan baik dari penulisan, isi, serta penyampaian kurang memuaskan. Kami
sebagai pemakalalah memohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga makalah ini
bermanfaat.
[1]J.W.M. Verhaar,Asas-Asas Linguistik Umum, (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press,2012), hlm. 161
[2] E. Zaenal Arifin dan Junaiyah, Sintaksis, (Jakarta : Grasindo,2018)
[3]كتابفيعلماللغة - غازيمختارطليمات
[4] Ahmad HP dan Alek Abdullah, Linguistik Umum, (Jakarta : Penerbit
Erlangga,2013).
[5] Goris Keraf, Tata Bahasa Indonesia,(Flores: Arnoldus:1980)
[6] Susi Herti Afriani, An Introduction to Linguistics A Practical Guide,(Yogyakarta:Ombak : 2015)hal9.
[7] Clive
Holes, Modern Arabic: Structures, Functions and Varieties,(Washington,
D.C: Georgetown University Press, 2004). Hlm. 204.
[8] Ahmad HP dan Alek Abdullah, Linguistik Umum,...,hal 75-76.
[9]علماللغةمقدمةللقارئالعربيلمحمودالسعران
[10] E. Zaenal Arifin dan Junaiyah, Sintaksis,...,hlm.3.
[11] Goris Keraf, Tata Bahasa Indonesia,...,hal137.
[12] E. Zaenal Arifin dan Junaiyah, Sintaksis,...,hlm.18.
[13] Goris Keraf, Tata Bahasa Indonesia,....
[14] E. Zaenal Arifin dan Junaiyah, Sintaksis,...,hlm.4-5.
[15]كتابفيعلماللغة - غازيمختارطليمات
[16] E. Zaenal Arifin dan Junaiyah, Sintaksis,...,hlm10-11.
[17]Susi Herti Afriani, An Introduction to Linguistics A Practical Guide,(Yogyakarta:Ombak :
2015,)hlm 12.
[18] Yeni Ramdiani,
SINTAKSIS BAHASA ARAB (SEBUAH KAJIAN DESKRIPTIF), (Jurnal El-Hikam,
Volume VII Nomor 1 Tahun 2014: Fakultas Tarbiyah IAI Nurul Hakim Kendiri Lombok
Barat), hlm.121-122
[19] El-Said
Badawi, Michael G. Carter and Adrian Gully, MODERN WRITTEN ARABIC: A
COMPREHENSIVE GRAMMAR, (Canada :
British Library Cataloguing in
Publication Data,2004), hlm. 101.
[20]Akhmad Sauqi Ahya’, PENFOKUSAN DALAM BAHASA ARAB, MADANIYA, Jurnal Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Adab
IAIN Sunan Ampel Surabaya, Vol. XI, No.01, 2012, hlm.19-23
[21]كتابفيعلماللغة - غازيمختارطليمات
[22]Achmad HP dan Alek
Abdullah, LINGUISTIK UMUM,...,hlm.75-82
[23] Zaenal Arifin dan Junaiyah. 2008. Sintaksis....,hlm
54-55
[24] Abdul Chaer, Sintaksis....,
Jakarta: (Asdi Mahasatya,2009) hal. 30-33