Pengikut

Senin, 01 Oktober 2018

tumpengan merah putih jateng

Kontribusi Jateng untuk Persatuan Indonesia
Oleh : Nafis Satur Rohmah 

Persatuan dan kesatuan adalah pondasi penting bagi suatu bangsa. Bangsa kita Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa, agama, ras dan adat istiadat yang berbeda-beda. Hal ini menjadi suatu yang perlu diperhatikan terlebih dalam kondisi hangat mendekati pemilihan umum (pemilu). Kendati tak selalu terjadi kericuhan namun pemerintah perlu waspada dan bertindak guna menjaga perdamaian dan kestabilan emosional rakyatnya. 
Akhir tahun 2018 menjadi masa-masa rawan tersebut sebab pada tahun 2019 akan diadakan pemilihan presiden dan pemilihan legislatif di Indonesia. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengambil langkah asyik sebagai antisipasi problema yang dikhawatirkan itu. 


Pada Senin (30/9/2018) pemerintah Jawa Tengah menggelar acara yang tak biasa. Acara tersebut  mengusung tema “Tumpengan Merah Putih”. Tema tersebut diwujudkan dengan penyajian nasi tumpeng sebanyak tiga puluh bakul yang dipersembahkan untuk warga masyarakat Jawa Tengah yang dinikmati bersama-sama sebagai pewujudan kebersamaan serta kerukunan masyarakat jawa Tengah. Tak hanya itu, semenjak acara belum dimulaipun sudah digelar 15 angringan atau kucingan gratis untuk para hadirin. 
Masyarakat Jawa Tengah menyambut gembira atas acara ini. Berbagai kalangan hadir turut meramaikan. Mereka menantikan kehadiran para idolanya yang datang sebagai tamu undangan termasuk pula Ganjar Pranowo yang disukai warga karena kecerdasan dan ketampanannya. Dalam awal kehadirannya Gubernur Ganjar membuat ramai para hadirin muda mudi dengan menunjukkan jarinya yang terlipat membentuk tanda cinta ala-ala korea jaman sekarang, sontak mereka histeris bahagia. 
Acara yang disiarkan langsung di TVRI ini dihadiri oleh Gus Mus, Prie GS, Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin, Ketua MUI Jateng dan juga para tokoh lintas agama kota Semarang. Pembukaan acara sangat menarik. Dipertunjukkan berbagai kreasi seni, mulai dari seni tari Aceh, pertunjukan music cina, shalawat, tari tradisional Jawa dan dilanjutkan pembacaan puisi dari Leak yang sangat menghibur para hadirin. Dan yang paling ditunggu oleh para hadirin  yang memenuhi halaman kantor gubernur adalah penampilan dari Gus Mus. Selain menyampaikan pesan kebaikan Gus Mus membacakan tiga puisi karyanya. Salah satu pembacaan puisinya diiringi dengan flute dan sexophon yang dimainkan oleh tokoh lintas agama.  Dalam puisinya Gus Mus menyampaikan pesan dan harapan kepada Gubernur untuk bisa mengayomi masyarakat dengan digambarkan dengan cuplikan peristiwa dalam kisah Nabi Sulaiman. 
Ganjar tak menginginkan para hadirin terlalu uforia dalam acara ini, mengingat banyak duka dari saudara kita yang terkena musibah di Palu dan Lombok. Sehingga tak lupa acara ditutup dengan doa untuk para korban bencana dan permohonan keselamatan untuk Indonesia tercinta. 
(*Mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab UIN Walisongo Semarang) 

Rabu, 19 September 2018

alat-alat sintaksis, peran dan fungsi sintaksis





SINTAKSIS
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah :  Ilmu Lughoh
Dosen Pengampu : M. Aqil Luthfan, M.A., M.Hum
http://walisongo.ac.id/images/frontimage/large_1748102006_logo_uin_walisongo_sah.jpg
Disusun Oleh
Nafis Satur Rohmah (1403026046)
Yuliani Puspitasari (14030260)
Nadia Toifah (1403026057)
Putra Bimantara      (1403026075)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2016


   




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pada dasarnya setiap ilmu, termasuk ilmu lingustik, telah mengalami tiga tahap perkembangan ilmu. Tahap pertama, yaitu spekulasi (pembicaraan mengenai sesuatu dan cara mengambil kesimpulan dilakukan dengan sikap spekulatif). Tahap kedua yaitu tahap observasi dan klasifikasi. Pada tahap ini para ahli dibidang mengumpulkan dan menggolongkan segala fakta bahasa dengan teliti tampa memberi kesimpulan). Dan tahap ketiga yaitu perumusan teori yaitu tahap  dimana setiap disiplin ilmu berusaha memahami masalah-masalah dasar yang menghasilkann hipotesis yang kemudian diujikan dan menghasilkan sebuah teori.
Ilmu linguistik (ilmu bahasa) memiliki dua tataran, yaitu tataran fonologi dan tatran gramatikal atau tatabahasa. Dalam tatabahasa terdapat dua subpembahasan yaitu morfologi dan sintaksis. Morfologi adalah bagian tatabahasa yang membicarakan hubungan internal sebuah kata atau membicarakan perihal hubungan antarmorfemdalam sebuah kata. Sintaksis adalah tatabahasa yang membahas hubungan antar-kata dalam tuturan.[1]Dan sintaksis membicarakan hubungan antarkata dalam tuturan.[2] Subsistem sintaksis membicarakan penataan dan pengaturan kata-kata ke dalam satuan-satuan yang lebih besar yakni kata, frase, klausa, kalimat dan wacana.[3]
Mengingat bahwa obyek linguistik yaitu bahsa, merupakan fenomena yang tidak dapat dilepas dari segala kegiatan bermasyarakat yang sangat luas, maka pembidangan linguistik itupun menjadi sangat banyak. Salah satunya yaitu pembagian menurut obyek kajiannya yang meliputi stuktur internal bahasa dan struktur eksternal bahasa. Jika pada pembahasan sebelumnya telah membahas struktur internal linguistik yaitu morfologi, maka pada makalah ini kami membahs mengenai struktur eksternal linguistik yaitu sintaksis.[4]
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian sintaksis?
2.      Apa saja alat-alat sintaksis?
3.      Apa saja satuan sintaksis?
4.      Apa saja fungsi sintaksis?
5.      Apa saja peran sintaksis?


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Sintaksis
Secara bahasa kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani yaitu sun dan tattein yang artinya mengatur bersama-sama.[5] Dan pengertian sintaksis secara istilah menurut para ahli yaitu; menurut Fromkin sintaksis adalah bagian dari tata bahasa yang menggambarkan pengetahuan tentang kalimat dan struktur bahasa penutur. Dan menurut Matthews sintaksis juga disebut sebagai studi hubungan tata bahasa antara kata dengan partikel yang lain dalam kalimat.[6] Pada intinya sintaksis adalah bagian dari tatabahasa yang mempelajari hubungan antar kata dan dasar-dasar serta proses-proses pembentukan kalimat dalam suatu bahasa.
Telah disajikan sebelumnya bahwa morfologi bersama-sama sintaksis merupakan bagian-bagian dari subsistem gramatika atau tata bahasa. Jika dalam morfologi yang dikaji adalah struktur intern kata, maka dalam sintaksis kata menjadi satuan yang terkecil yang membentuk  satuan-satuan gramatikal yang lebih besar. Dalam prakteknya, sintaksis membatasi kajiannya sampai dengan kalimat. Maksudnya, sintaksis menganggap atau memperlakukan kalimat sebagai satuan terbesar. Meskipun demikian, perlu disadari dalam penuturan, kalimat bukanlah satuan yang besar. Kalimat menjadi menjadi bagian dari satuan yang lebih besar, yaitu wacana.

B.     Alat-Alat Sintaksis
Alat sintaksis yaitu seperangkat aturan yang mengatur deretan kata-kata yang membentuk kalimat. Alat sintaksis merupakan bagian dari kemampuan mental penutur untuk dapat menentukan urutan kata, bentuk kata, dan unsur lain yang terdapat dalam suatu ujaran agar membentuk kalimat dan agar kalimat yang didengar atau dibacanya dapat diterima.
Ada beberapa alat sintaksis yang mengatur unsur-unsur bahasa sehingga terbentuk satuan bahasa yang disebut kalimat.
a.       Urutan
Dalam bahasa pada umumnya peranan urutan sangat penting, karena ikut menentukan makna gramatikal. Hal ini dalam bahasa arab disebut tarkib. Tarkib inilah yang mencantumkan urutan-urutan kata sehingga membentuk kalimat yang memiliki makna.
b.      Bentuk kata
Bentuk kata sebagai alat sintaksis biasanya diperlihatkan oleh afiks. Afiks-afiks itu memperlihatkan makna gramatikal yang sangat beragam tergantung pada bahasanya. Dalam bahasa Arab bentuk kata dan tambahan-tambahan berupa huruf hamzah, ta, sin, nun dan sebagainya sangat mempengaruhi kata hal ini dipelajari dalam ilmu sharaf. Makna gramatikal itu antara lain jumlah (ismiyah dan fi’liyah), orang (mufrod, mutsana, jama’), jenis/gender (mu’annas dan mudzakar baik dari bentuk, ari dan darisegi penyelarasan)[7], kala (madli, hal, mustaqbal) ,aspek, modus, pasif (mabni majhul), diatesis, dan sebagainya.
c.       Intonasi
Dalam tulisan, intonasi secara kurang sempurna dinyatakan oleh pemakaian huruf dan tanda-tanda baca. Dalam bahasa Indonesia misalnya, batas antara pokok dan sebutan ditunjukkan oleh intonasi. Disamping itu intonasi dipakai juga untuk menjelaskan amanat yang ingin disampaikan. Hal ini biasanya meniadakan kesalah pahaman oleh karena adanya sifat ganda. Dengan intonasi, orang sering pula dapat membedakan jenis kalimat yang mana deklaratif, interogatif,imperatif, atau eksklamatif. Dan dalam bahasa Arab intonasi lebih menekankan kepada nada baca dan kefashhan, serta panjang-pendek kata dalam pelafalan sangat penting, hal ini berpengaruh pada penyerapan makna kalimat yang disampaikan bagi mustami’.
d.      Partikel atau Kata Tugas
Partikel atau kata tugas sebagai salah satu alat sintaksis mempunyai ciri-ciri yang membedakan dengan kategori kata yang lain. Ciri-ciri itu antara lain jumlahnya terbatas, keanggotaanya boleh dikatakan tertutup, kebanyakan tidak mengalami proses morfologis, biasanya memiliki makna gramatikal dan bukan leksikal, dan terdapat dalam semua wacana. Jika ada konstruksi :
Dia ... Bandung
Maka isian konstruksi itu yang paling dapat diterima adalah dari, ke, dan di.[8]
C.     Satuan Sintaksis
Secara hierarkial dibedakan menjadi lima macam satuan sintaksis yaitu kata, frase, klausa, kalimat dan wacana. Maksudnya kata merupakan satuan terkecil yang membentuk frase lalu frase membentuk klausa, kalusa membentuk kalimat. Jadi kalau kata merupakan satuan terkecil maka wacana merupakan satauan terbesar. Hal ini berbeda dengan paham tata bahasa tradisional yang mengatakan bahwa kalimat adalah satuan terbesar dalam kajian sintaksis. [9]
a.       Kata sebagai satuan sintaksis
Masih banyak ahli yang belum sepakat mengenai batasan kata sebagi satuan gramatikal. Namun, menurut Lyons (1971) dan Dik (1976) dalam buku yang berjudu Sintaksis, secara gramatikal, kata bebas bergerak, dapat berpindah-pindah letaknya, tetapi identitasnya tetap. kata memiliki keutuhan internal yang kuat sehingga tidak bisa disisipi kata atau bentuk apa pun lainnya. Oleh karena itu , awalan, akhiran, dan konfiks hanya dapat melekat pada bagian awal, bagian akhir,serta bagian awal dan akhir kata. jadi dapat dipahami mengapa sisipan (infiks) di dalam bahasa Indonesia, misalnya,menjadi tidak produktif, tidak lain karena sisipan “merusak” keutuhan internal kata.[10]
Dalam hal ini terdapat dua jenis kata yaitu kata penuh (fullword) dan kata tugas (functionword). Kata penuh adalah kata yang secara leksikal memiliki makna, mempunyai kemungkinan untuk mengalami proses morfologi, merupakan kelas terbuka, dan dapat berdiri sendiri sebagai sebuah satuan tuturan. Dan kata tugas adalah kata yang secara leksikal tidak mempunyai makna, tidak mengalami proses morfologi, merupakan kelas tertutup, dan didalam pertuturan dia tidak dapat berdiri sendiri.
Yang merupakan kata penuh adalah kata-kata yang termasuk nomina, verba, adjektiva, adverbia, dan numeralia. Sedangkan yang termasuk kata tugas adalah kata-kata yang berkategori preposisi dan konjungsi. Sebagai kata penuh, kata-kata yang berkategori nomina, verba, dan adjektiva memiliki makna leksikal masing-masing dan dapat mengalami proses morfologis. Dalam bahasa Inggris preposisi seperti for dan in tidak mengalami proses morfologi. Dalam bahasa Arab kategori yang disebut harfun seperti inna, law, dan min juga tidak mengalami proses morfologi. Sedangkan, kata tugas mempunyai kebebasan yang terbatas, dia selalu terikat dengan kata yang dibelakang (preposisi), atau yang berada di depannya (untuk posposisi), dan dengan kata-kata yang dirangkaikannya (untuk konjungsi). Contoh: adik membaca koran di kamar.
Keterkaitan preposisi di dengan kata kamar dalam frase di kamar itusangat erat dan tidak mungkin dilepaskan.
A.    Frase sebagai satuan sintaksis
Frase adalah suatu konstruksi yang terdiri dari dua kata atau lebih yang membentuk suatu kesatuan. Kesatuan itu dapat menimbulkan suatu makna baru yang sebelumnya tidak ada.[11]Unsur-unsur yang membentuk frase adalah morfem bebas dan bukan morfem terikat. Misalnya, baju hujan dan tata niaga. Frasa dapat dibedakan seperti berikut :
Berdasarkan tipe strukturnya
1.      Frasa endosentris adalah frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan salah satu atau semua unsurnya. Misalnya frasa الطالب الماهر ‘siswa pintar’ pada klausa الطالب الماهر ناجح ‘siswa pintar itu lulus’, mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya , yaitu الطالب
2.      Frasa eksosentris adalah frasa yang tidak mempunyai persamaan distribusi dengan salah satu unsurnya. Frasa في المكتب  ‘di kantor’ pada konstruksi الأستاذ يقرأ في  المكتب ‘Bapak guru membaca di kantor’ danأمام المدرسة  ‘di depan sekolah’ pada konstruksiالاولاد يلعبون أمام المدرسة  ‘anak-anak bermain di depan sekolah’ tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsur-unsurnya.
Berdasarkan unsure pembentuknya
1.       Frasa na’ty adalah frasa yang dibentuk oleh nomina sebagai unsur pusat diikuti ajektif sebagai na’at atau atribut, misalnya frase ألوان زيتية .
Frasa ألوان زيتية  berunsurkan nomina  ألوانsebagai UP dan ajektiva زيتية sebagai na’at (Atr)
Konstruksi frasa na’ty mempersyaratkan kesesuaian (muthabaqah).
2.      Frase athfy (koordinatif) adalah frasa yang berunsurkan nomina diikuti nomina atau verba diikuti verba, atau ajektiva diikuti ajektiva,
misalnya: عثمان يحب اللغة والحساب
Unsur-unsur pada frasa athfy dapat dihubungkan atau memang dihubungkan dengan huruf athaf (kata penghubung atau koordinat).
3.      Frasa badaly (apositif) adalah Yaitu frase yang bagian-bagiannya tidak dihubungkan dengan kata hubung. Tiap-tiap bagian menunjuk pada referen yang sama.[12]frasa yang juga terdiri atas N diikuti N. Ada beberapa hal yang membedakan frasa badaly dari frasa na’ty dan athfy. Karenanya keduanya dapat saling menggantikan. Kedua N tidak dapat dirangkai dengan huruf athaf.
Misalnya: تستقبل اللجنة وزير الدينية سعيد عاقل منوّر

B.     Klausa Sebagai Satuan Sintaksis
Klausa adalah suatu konstruksi yang didalamnya terdapat beberapa kata yang mengandung hubungan fungsional, yang dalam tatabahasa lama dikenal dengan pengertian subyek, predikat, obyek dan keterangan-keterangan. Sebuah klausa sekurang-kurangnya harus mengandung satu obyeks, satu predikat dan secra fakultatif satu obyek dalam hal-hal tertentu klausa terdiri dari satu predikat dan boleh dengan keterangan ( bentuk impersonal).[13]Klausa berpotensi menjadi kalimat.
Berdasarkan distribusi satuannya , klausa dapat dibedakan menjadi klausa bebas dan klausa terikat. Berdasarkan fungsinya, klausa dibedakan menjadi klausa subyek, klausa obyek, klausa keterangan dan klausa pemerlengkapan.
Pada  umumnya klausa , baik tunggal maupun jamak, berpotensi menjadi kalimat. Kalimat inti  terdiri atas klausa tunggal, sedangkan kalimat majemuk terdiri atas lebih satu klausa. Oleh karena itu, kalimat majemuk terdiri atas klausa-klausa yang saling berhubungan. Secara garis besar, hubungan antarklausa dapat diperinci menjadi hubungan antarklausa koordinatif dan hubungan antarklausa subordinatif. [14]
Subyek adalah bagian klausa yang berwujud nomina atau frase nominal, yang menandai apa yang dinyatakan pembicara. Yang dimaksud dengan predikat adalah bagian klausa yang menandai apa yang dikatakan oleh pembicara tentang subyek. Predikat dapat berwujud nomina, verba, adjektiva, numeralia, pronomina, atau frase preposisional.
Misalnya: المسجد كبير
Kataالمسجد  itu adalah subyek klausa. Tentang masjid itu menyebabkan كبير, bagian disebut predikat. Oleh karena itu, klausa adalah satuan sintaksis yang menjadi konstituen (unsur pembentuk) kalimat. Klausa dapat menjadi kalimat apabila diberikan intonasi final, yaitu titik. Klausa dapat juga menjadi bagian dari sebuah kalimat. Klausa dapat diperluas dengan menambahkan keterangan waktu, tempat, atau cara. Keterangan itu bukan merupakan unsur inti klausa.
C.     Kalimat Sebagai Satuan Sintaksis
Jika morfologi mempelajari tentang kata, maka sintaksis mempelajari kalimat, dan apabila kosa kata tidak tersusun dalam kalimat yang terstruktur maka ia tidak mampu menyampaikan ide yang dimaksud, sebagai mana yang dapat diketahui bahwa pemikiran manusia akan dapat tersampaikan bila menggunakan tata bahasa, yaitu struktur kalimat yang sempurna dan bahasa setempat yang digunakan.
Ilmu mantik dan nahwu keduanya dapat digunakan untuk memahami kalimat, namun keduanya memiliki komposisi yang berbeda, menurut ahli mantiq menganggap bahwa dalam suatu kalimat terdapat dua unsur, unsur pertama disebut maudhu’, sebagai mana dalam jumlah ismiyah disebut sebagai mubtada’ pada jumlah fi’liyah dia adalah fail. Dan unsur kedua adalah mahmul, dimana dalam jumlah ismiyah adalah khobar, dan dalam jumlah fi’liyah berupa fi’il. Adapun proporsi antara maudhu dan mahmul menunjukkan pada perubahan i’rob dan pola susunan kalimat.
Menurut ahli nahwu diwakili oleh ibnu hisyam, lafad yang dapat dipahami itu adalah kalam dan kalimat, dan jumlah itu lebih umum daripada kalam, tetapi setiap kalam itu berupa jumlah, dan tidak berlaku untuk sebaliknya, dua hal ini bukanlah sinosim. Jika dikatakan annahwu mufiidun, maka ia telah disandarkan pada faidah nahwu, dan isnad ini menjadikan dua kata menjadi sebuah kalimat,dan keduanya berupa maudlu dan mahmul, dan keduanya itu berupa kalam karena masing-masing dapat dipahami.
Jika ada sebuah kalimat seperti contoh in yufid annahwu maka lafadz yufid itu disandarkan pada lafad annahwu dari contoh tersebut kita bisa menyimpulkan bahwa isnad itu menjadikan dua kata menjadi kalimat , akan tetapi dalam contoh tersebut belum bisa memberi kefahaman.
Dari beberapa contoh tadi, dapat disimpulkan bahwa kalimat itu bisa terdiri dari isimdan isim seperti pada contoh pertama (annahwu mufiidun). Ataupun terdiri dari kalimat fiil seperti contoh kedua. Dan terkadang terdiri dari dua kalimat,kata yang pertama menjadi mubtada dan kata selanjutnya menjadi khobar dari mubtada (bentuk dari khobar jumlah) seperti atta’limu ghoyatuhu attafhim.
Jika dianalisis lebih lanjut bentuk dari kalimat dalam bahasa inggris dapat ditemukan bahwa kalimat kata kerja itu menjadi pokok dalam sebuah susunan kalimat. Seperti contoh : he went to london. Dan the boy is lazy. Dari contoh tersebut andai kata kita melihat semua contoh itu diawali oleh kalimat isim. Dapat diartikan bahwa dalam bahasa inggris lebih dipentingkan bentuk jumlah ismiyah. Bila mana dalam bahasa inggris itu dibalik maka yang awal nya kalimat tersebut berkedudukan sebagai khobar bisa menjadi kalimat interogatif/ istifham. Contoh : are you going? Kalimat tersebutt dalam bahasa Inggris dikatakan sebagai simple sentence.
Diantara perbedaan bahasa arab dan bahasa inggris adalah :
1.      Bahasa inggris mengacu pada perbedaan amil dan ma’mul.
2.      Bahasa arab mengacu pada i’rob nya( perubahan harokat akhir) contoh: inna maal usri yusro.[15]
Kalimat adalah satan bahasa yang secara relatif dapat berdiri sendiri, mempunyai intonasi final, dan secara aktual maupun potensial terdiri dari dua klausa. Dalam ragam tulis, kalimat sebagian besar ditandai oleh huruf kapital di awalnya dan oleh tanda akhir seperti tititk, tanda tanya, atau tanda seru.
Kalimat digolongkan atas kalimat inti dan bukan inti, kalimat tunggal dan kalimat majemuk, kalimat verbal dan kalimat nonverbal, dan kalimat bebas dan terikat.
Kalimat inti, biasa disebut kalimat dasar adalahinti, biasa disebut kalimat dasar adalah kalimat yang dibentuk kalimat yang dibentuk dari klausa inti, yang lengkap, deklaratif, aktif, netral, dan afirmatif. Dalam bahasa Indonesia, kita dapati kalimat inti dengan pola:
-          FN + FV                     : Adik datang
-        FN + FV + FN + FN   : Adik membelikan Tuti buku
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri dari satu klausa, misalnya: Adikku sangat tekun. Sedangkan kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri dari lebih dari satu kalimat, misalnya: Mereka bernyanyi dan menari sepanjang hari.
Kalimat mayor adalah kalimat yang klusanya lengkap, misalnya: Adik mengantar kue. Sedangkan kalimat minor adalah kalimat yang unsur klausanya tidak lengkap, misalnya: Sedang mandi.
Kalimat verbal adalah kalimat yang predikatnya kata kerja atau verba, misalnya: Ari menendang bola. kalimat nonverbal adalah kalimat yang predikatnya selain kata kerja, misalnya: Adikku mahasiswa UIN.
Kalimat bebas adalah kalimat yang mempunyai potensi untuk menjadi ujaran lengkap, tanpa bantuan kalimat lain dalam paragraf atau wacana. Sedangkan kalimat terikat adalah kalimat yang dalam paragraf atau wacana terikat oleh kalimat yang lain atau konteks.
Jenis  kategori yang dapat menjadi unsur sebuah kalimat adalah nomina(kata benda), pronominal(kata ganti) verba( kata kerja), adjektiva(kata sifat),numeralia (kata bilangan) adverbial dan kata tugas, seperti preposisi (kata depan) konjungsi(kata penhubung) dan partikel, seperti kah,lah,tah,pun.
Berdasarkan fungsinya , unsur-unsur kalimat ada yang disebut subyek, predikat (transitif dan intransitive), objek, pelengkap (pelengkap obyek, pelengkap subyek), serta keterangan (keterangan tempat, keterangan sebab, keterangan akibat,keterangan cara,keterangan modalitas)
Peran semantic yang lazim terdapat dalam suatu kalimat adalah pengalam atau penanggap (experiencer), pelaku (agent),pokok, cirri, sasaran, hasil, peruntung, atau pemaslahat (beneficiary), ukuran (measure),alat (instrument), tempat (place), sumber (source), jangkauan (range), penyerta,waktu dan asal (Kridalaksana 1991;Alwi dkk. 1998).[16]


D.    Fungsi Sintaksis
Sebagaimana yang sudah disebutkan, sintaksis adalah cabang linguistik yang menyangkut susunan kata-kata di dalamkalimat. Sintaksis berurusan dengan struktur antar kata dalam kalimat. Pengetahuan sintaksis memungkinkan kita untuk menentukan hubangan tatabahasa dalam kalimat, seperti subyek dan obyek langsung.[17] Dalam hubungan satu kata dengan kata lain di dalam sebuah kalimat, akan muncul istilah-istilah bagi setiap kata yang mempunyai hubungan fungsi sintaksis, seperti subyek, predikat, obyek, keterangan, pelengkap, dan lain sebagainya. Untuk memudahkan perbedaan terminologis yang ada mengenai fungsi sintaksis, berikut akan diuraikan dalam empat pembagian, berikut ini adalah penjabarannya:
Tipe 1: Subjek + Predikat
Predikat: a. objek, b. predikat verbal, c. keterangan (tempat,  waktu, dst.)
Tipe 2: Subjek + Predikat + Keterangan
Keterangan: a. objek, b. keterangan (tempat,  waktu, dst.)
Tipe 3: Subjek + Predikat + Kelengkap
Pelengkap: a. objek, b. keterangan (tempat,  waktu, dst.)
Tipe 4: Subjek + Predikat + Objek + Keterangan
Keterangan: a. objek, b. predikat verbal, c. keterangan (tempat,  waktu, dst.)[18]
Pembagian di atas adalah pembagian secara umum mengenai fungsi sintaksis, adapun dalam bahasa arab terdapat beberapa macam perubahan fungsi sintaksis, sesuai dengan berubahnya struktur sintaksis tersebut.
Struktur Bahasa Arab
Secara umum, struktur penyusunan kalimat dalam bahasa arab ada dua macam yaitu SPO (noun phrase: merupakan frasa yang mengandung noun (kb) dan modifier)[19] dan PSO (verb phrase). Tetapi struktur dalam penyusunan kalimat bahasa arab terdapat penyimpangan (kelebihan) dalam strukturnya dan perubahan struktur lingual pada bahasa tertentu pasti mempunyai maksud atau tujuan yang di kehendaki, pembalikan pola dalam kalimat mempunyai makna yang berbeda dengan pola yang dasar. Begitu juga dalam bahasa Arab adanya penyimpangan dimana setiap perubahan struktur sintaksis memiliki tujuan yang berbeda-beda.
a.     Inversi
Dalam struktur kalimat adalah mempunyai tujuan untuk penfokusan. Struktur kalimat 1 seharusnya berpola seperti yang ada dalam kalimat 2 atau 3.
Misal:
1.      Yajni al-qutna al-fallahu
P               O         S
arti: memetik kapas petani
makna: kapas di petik petani
2.      Al-fallahu Yajni al-qutna
S               P          O
Makna: Petani memetik kapas
3.      Yajni Al-fallahu al-qutna
P          S         O
      Makna: Petani memetik kapas             
Contoh diatas terlihat dari maknanya, jelas bahwa kalimat a lebih mempunyai daya derajat kepentingan kalimat yang lebih penting di banding kalimat yang di sebutkan di bawahnya. Kata al-qutna sebagi hasil dari inversi (pembalikan), derajat kepentingannya lebih terfokus. Kalimat tersebut menekankan bahwa yang di petik petani adalah benar-benar kapas, berbeda dengan dua kalimat b dan c tidak ada penfokusan dalam kalimat tersebut, hanya bermakna biasa. Pada contoh a yang di kehendaki adalah pemfokusan (O) objek dengan metode memindahkan objek.
b. Peletakan khabar sebelum mubtada’
Mubtada’ adalah nomina yang terletak di awal kalimat dan selalu mempunyai penanda kasus normatif (Rafa’), sedangkan khobar adalah kata, frase atau kalimat yang menyempurnakan makna mubtada’
Contoh :
1. Mamnu’           at-tadkhin
Khabar            mubtada’
Arti: Dilarang merokok
Struktur di atas adalah kalimat di atas jarang di gunakan dalam penulisan ragam formal, hanya di gunakan pada ragam non formal untuk tujuan tertentu, yaitu untuk tujuan penfokusan Akibat penyimpangan sruktur dalam kalimat di atas maka terjadi makna baru yaitu penfokusan informasi pada khobar.
2. At-tadkhinu      Mamnu
Mubtada’         Khobar
Arti: Dilarang merokok
Penulisan dengan ragam formal ini cenderung mempunyai makna formal, tidak punya daya makna khusus dan derajad kepentingannya tidak tampak. untuk itu dengan peletakan khobar sebelum mubtada’ maka mitra tutur akan tahu fokus yang di kehendaki seorang penutur.
c. Kalimat pasif
Kalimat Pasif adalah kalimat yang objeknya menduduki posisi subjek. Fungsinya untuk penfokusan, Fokus pada kalimat di bawah ini terletak pada kata al-aduwa karena memang makna fokus yang di kehendaki adalah al-aduwa yang di pukul’ bukan jaisuna.
Misal:
1. Huzima al-aduwa
P S     O
Arti: Musuh Telah Diserang
Namun bila menggunakan pola berikut maka derajat kepentingan tidak tampak.
Misal:
2. Hazama jaisuna al-aduwa
P      S          O
Arti: Tentara kami telah menyerang musuh
d. Penambahan partikel Inna
Inna berfungsi untuk menfokuskan subjek dan kata .inna bisa di artikan sesungguhnya,-lah, dan hanya.untuk lebih jelasnya coba kita perhatikan dua contoh di bawah ini:
1. Inna zaidan kataba ar-risalata
S          P          O
Sesunguhnya zaid menulis surat
Sesungguhnya istirahat itu (dilakukan) setelah lelah
Inna sebagai bentuk penambahan penfokusan terletak sebelum subjek dan keterangan.sehingga makna kedua unsur kalimat tersebut lebih mempunyai fokus derajat kepentingan.
Contoh-contoh diatas adalah beberapa kasus yang menunjukkan bahwa dalam bahasa arab susunan gramatikal kalimat dapat berubah-ubah sesuai tujuan kalimat tersebut, berbeda dengan bahasa Indonesia yang tidak dapat berubah strukturnya.[20]
 Secara umum fungsi sintaksis yaitu :
1.      Membantu mengidentifikasi peran dan kedudukan kata dalam kalimat.
2.      Membantu memahamkan pendengar.
3.      Membantu dalam menafsirkan ide yang akan disampaikan.[21]

E.     Peran sintaksis
Dalam pembentukan suatu konstruksi, misalnya kalimat, tiap unsur memiliki andil dalam membentuk makna secara keseluruhan. Dengan kata lain, konstituen itu memiliki peran gramatikal masing-masing. Beberapan jenis peran, di antaranya pelaku (agentif), tujuan (obyektif), penerima (benefaktif), penyebab (kausatif), alat (instrumental), waktu (temporal), tempat (lokatif), tindakan (aktif), sandangan (pasif), dan pemilihan (posesif).
Contoh peran:
Adik (pelaku)  mencari (tindakan)      ibu (tujuan)[22]
Peran-peran yang dimiliki oleh pengisi fungsi P dalam bahasa Indonesia, selain peran tingkatan, juga ada peran: [23]
-          Proses, seperti P dalam klausa “padi menguning di sawah”
-          Kejadian, seperti P dalam klausa “bukit itu longsor
-          Keadaan, seperti P pada klausa “jalan raya itu rusak berat”
-          Pemilikan, seperti P pada klausa “bang Ali punya uang 100 juta”
-          Identitas, seperti P pada klausa “ibuku guru disana”
-          Kuantitas, seperti P pada klausa “hartanya melimpah

Peran-peran yang ada pada S dan O, antara lain:
-          Pelaku, yakni yang bertindak seperti terdapat pada klausa “Ali memegang senapan”
-          Sasaran, yakni yang dikenai tindakan, seperti terdapat pada klausa “hamzahmencintai Aslim
-          Hasil, seperti terdapat pada klausa “Ibu menanak nasi”
-          Penanggap,yakni yang mengalami atau menginginkan,seperti terdapat pada klausa “yatim piatu ini kehilangan orang tua sejak kecil”
-          Pengguna, yakni yang mendapat keuntungan dari P, seperti terdapat pada klausa “kakak membukakan ayah pintu”
-          Penyerta, yakni yang mengikuti pelaku, seperti terdapat pada klausa “Dia pergi dengan teman-temannya
-          Sumber, seperti terdapat pada klausa “tante Ita memberi kita bunga”
-          Jangkauan, seperti terdapat pada klausa “Jabotabek meliputi Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi”
-          Ukuran, seperti terdapat pada klausa “tiang bendera itu tingginya 10 M”
Peran-peran yang ada pada fungsi keterangan, antara lain:
-          Alat, seperti terdapat pada klausa “Ibu memotong kue dengan pisau”
-          Tempat, seperti terdapat pada klausa “kapal itu bertolak ke Medan”
-          Waktu, seperti terdapat pada klausa “minggu lalu dia datang”
-          Asal, seperti terdapat pada klausa “cincin ini terbuat dari perak”
-          Kemungkinan atau keharusan, seperti terdapat pada klausa “barangkali hari ini akan hujan”[24]






























BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
Sintaksis adalah telaah mengenai prinsip-prinsip dan proses-proses yang dipergunakan untuk membangun kalimat-kalimat dalam bahasa-bahasa tertentu. Sintaksis merupakan komponen tata bahasa transformasi, yang menurunkan ikhtisar atau abstraksi yang mendasari penanda-penanda frase turunan akhir dengan bantuan kaidah-kaidah transformasi.Subsistem sintaksis membicarakan penataan dan pengaturan kata-kata ke dalam satuan-satuan yang lebih besar yakni kata, frase, klausa, kalimat dan wacana.Alat-alat Sintaksis meliputi urutan kata, bentuk kata, intonasi dan konektor. Satuan sintaksis yaitu kata , frase, klausa, kalimat dan wacana, namun beberapa ahli membatasi hingga kalimat saja.
Yang di maksud dengan fungsi sintaksis adalah semacam “kotak-kotak” atau “tempat-tempat” dalam struktur sintaksis yang kedalmnya akan diisikan kategori-kategori tertentu. Kotak-kotak itu bernama subjek (S), predikat (P), objek (O), komplemen (kom), dan keterangan (Ket).

B.     Saran
Makalah yang kami buat, segala kesalahan baik dari penulisan, isi, serta penyampaian kurang memuaskan. Kami sebagai pemakalalah memohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga makalah ini bermanfaat.





[1]J.W.M. Verhaar,Asas-Asas Linguistik Umum, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,2012), hlm. 161
[2] E. Zaenal Arifin dan Junaiyah, Sintaksis, (Jakarta : Grasindo,2018)
[3]كتابفيعلماللغة - غازيمختارطليمات
[4] Ahmad HP dan Alek Abdullah, Linguistik Umum, (Jakarta : Penerbit Erlangga,2013).
[5] Goris Keraf, Tata Bahasa Indonesia,(Flores: Arnoldus:1980)
[6] Susi Herti Afriani, An Introduction to Linguistics  A Practical Guide,(Yogyakarta:Ombak : 2015)hal9.
                                [7] Clive Holes, Modern Arabic: Structures, Functions and Varieties,(Washington, D.C: Georgetown University Press, 2004). Hlm. 204.

[8] Ahmad HP dan Alek Abdullah, Linguistik Umum,...,hal 75-76.
[9]علماللغةمقدمةللقارئالعربيلمحمودالسعران
[10] E. Zaenal Arifin dan Junaiyah, Sintaksis,...,hlm.3.
[11] Goris Keraf, Tata Bahasa Indonesia,...,hal137.
[12] E. Zaenal Arifin dan Junaiyah, Sintaksis,...,hlm.18.
[13] Goris Keraf, Tata Bahasa Indonesia,....
[14] E. Zaenal Arifin dan Junaiyah, Sintaksis,...,hlm.4-5.
[15]كتابفيعلماللغة - غازيمختارطليمات
[16] E. Zaenal Arifin dan Junaiyah, Sintaksis,...,hlm10-11.
[17]Susi Herti Afriani, An Introduction to Linguistics  A Practical Guide,(Yogyakarta:Ombak : 2015,)hlm 12.
[18] Yeni Ramdiani, SINTAKSIS BAHASA ARAB (SEBUAH KAJIAN DESKRIPTIF), (Jurnal El-Hikam, Volume VII Nomor 1 Tahun 2014: Fakultas Tarbiyah IAI Nurul Hakim Kendiri Lombok Barat), hlm.121-122

[19] El-Said Badawi, Michael G. Carter and Adrian Gully, MODERN WRITTEN ARABIC: A COMPREHENSIVE GRAMMAR, (Canada : British Library Cataloguing in Publication Data,2004), hlm. 101.
[20]Akhmad Sauqi Ahya’, PENFOKUSAN DALAM BAHASA ARAB, MADANIYA, Jurnal Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel Surabaya, Vol. XI, No.01, 2012, hlm.19-23
[21]كتابفيعلماللغة - غازيمختارطليمات
[22]Achmad HP dan Alek Abdullah, LINGUISTIK UMUM,...,hlm.75-82
[23] Zaenal Arifin dan Junaiyah. 2008. Sintaksis....,hlm 54-55
[24] Abdul Chaer, Sintaksis...., Jakarta: (Asdi Mahasatya,2009) hal. 30-33